Breaking

Monday, November 14, 2011

Monday, November 14, 2011

Tersungkur di Pintu Surga


Dalam beberapa hari yang lalu, seorang kawan baik saya yang sekarang tinggal di Jerman, yang dulu salah seorang  tim kepemimpinan Al-Arqam di Indonesia,  telah mengirim kepada saya satu buku yang berjudul  "Arqam Tersungkur di Pintu Syurga (TDPS)".  Buku dengan sub judul  "The Untold Truth and Inside Story of Al-Arqam & ISA"  itu dikirim melaluli email. Walaupun sepotong-sepotong  dalam bentuk hasil scan, dengan kecanggihan teknologi akhirnya dapat saya satukan.  Buku ini tidak pernah saya temukan dijual di Indonesia sebelum ini. 



Buku setelal 262 halaman itu telah menyibukkan saya dalam beberapa hari ini.  Karena tidak ingin data-data penting terlewatkan, saya memerlukan empat hari penuh membaca buku itu kalimat demi kalimat dengan kecepatan baca lambat hingga tamat.

Buku tentang momen kejatuhan Al-Arqam, sebuah organisasi da'wah Islam yang cukup berpengaruh di Malaysia, ini benar-benar buku hebat, enak dibaca dan perlu. Dalam 12 bab, penulisnya merangkai data secara kronologis, berbaris-baris, yang menggambar detik-detik emosional yang mencatatkan  sejumlah fakta. Fakta disusun sejak dimulainya perang risalah antar Al-Arqam dan Pusat Islam. Perang berakhir dengan fatwa pengharaman atas Al-Arqam yang dilanjutkan dengan penangkapan pemimpinnya, Ustaz Ashaari beserta 7 orang pimpinan tinggi lainnya, dibawah undang-undang  ISA (internal Security Act) negara Malaysia.  Termasuk yang tertangkap itu adalah penulis buku ini sendiri, Tuan Zabidi Mohamed.

Ustaz Ashaari dan ketujuh timnya akhirnya bertobat.  Namun, dua tahun selepas  pertobatan itu, Ustaz Ashaari ditangkap kembali  untuk yang kedua kalinya beserta anggota  tim yang lebih banyak dibanding yang pertama, dengan tuduhan menghidupkan kembali Al-Arqam. 

Buku ini berakhir dengan pernyataan perlawanan dari beberapa  pemimpin kanan Al-Arqam yang akhirnya kecewa dengan pemimpinnya sendiri, Ustaz Ashaari. Zabidi Mohamed membuat sebuah kesimpulan cantik bahwa ketersungkuran Al-Arqam adalah faktor hukuman Allah karena telah berlarut-larutnya hidup dalam penyelewengan, dosa dan kemaksiatan.

Khadijah Aam dan "Global-Ikhwan"nya 

Pada tanggal 13 Mei 2010, mantan pemimpin tertinggi Al-Arqam,  Ustaz  Ashaari Muhammad, yang diberi nama secara lengkap  oleh pengikut-pengikutnya dengan  Syekh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi  telah menghembuskan nafasnya yang penghabisan di salah satu rumah sakit di Ipoh, Malaysia.

Tak mudah, nampaknya, bagi istri dan beberapa orang pengikut setia  Ustaz Ashaari, yang dalam keseharian dipanggil "Abuya", menerima kenyataan itu. Kematian Abuya bagi mereka bukanlah ending yang sedang ditunggu-tunggu.  Telah tertanam di dalam benak mereka bahwa Abuya tidak akan mati sebelum daulah. Pegangan mereka adalah apa yang mereka sebut dari Rasulullah "Abuya untuk daulah dan daulah untuk Abuya. "

Mereka begitu yakin bahwa setelah terbaring sakit panjang sejak tahun 2004, Abuya akan sembuh kembali, bangun, dan akhirnya memegang kuasa pemerintahan Malaysia sebagai  Perdana Menteri (PM).  Kuasa itulah yang diayakini sebagai daulah yang kelak akan diserahkan kepada Imam Mahdi.  Tanpa dijelaskan prosesnya, mereka hanya yakin bahwa semuanya akan berlangsung secara khawariqul addah, yaitu secara ajaib.

Doktrin ini telah mereka suntikkan ke dalam aliran darah mereka sendiri selama bertahun-tahun.  Walaupun mereka tetap mengatakan bahwa itu hanyalah  keyakinan tambahan, tapi faktanya siapa saja di antara pengikut Abuya yang  tidak menerima itu, akan dipandang sebagai musuh, bagian dari Yahudi atau Wahabi.

"Abuya pasti akan mendapat kuasa," kata Khadijah Aam, mantan istri pemimpin tertinggi Al-Arqam.  "Ini dari Rasulullah. Manalah mungkin Rasulullah akan berbohong."  Doktrin ini selalu mereka perkatakan di hampir semua majlis pertemuan sebagai  "Janji Tuhan itu Pasti."

Bagi saya, sepak terjang Khadijah Aam sejak hari kewafatan suaminya itu, masih menyisakan sejumlah pertanyaan.  Mengapakah perjuangan Khadijah Aam ini banyak sekali ditentang oleh mantan pengikut  Ustaz Ashaari sendiri?  Bahkan, para  penentang itu bukan saja pengikut biasa, malah sebagiannya adalah mantan orang-orang kanan Ustaz Ashaari sendiri.

Apakah ajaran yang diperjuangan isteri ketiga Ustaz Ashaari ini merupakan sesuatu yang sama sekali  berbeda dengan ajaran Ust Ashaari, ataukah Khadijah Aam hanya melanjutkan?  Kalau itu sesuatu yang  baru, dari manakah Khadijah Aam mendapatkan ide-ide baru itu? Kalau itu ajaran Ustaz Ashaari, mengapa mantan pengikut Ustaz Ashaari baru mengesannya sekarang? 

Pertanyaan-pertanyaan  itulah yang menggelinjang dalam pikiran saya selama membaca  buku "Arqam Tersungkur di Pintu Syurga"  buah karya Zabidi Mohamed. Pertanyaan-pertanyaan itu bagaikan amunisi yang siap meledak di setiap saya membalik halaman demi halaman buku itu.

Saya adalah salah seorang yang telah menyertai jamaah Ustaz Ashaari sejak tahun 2002 dalam Al Arqam generasi kedua, yaitu  Rufaqa, yang dibangunkan sejak tahun 1997 oleh Ustaz Ashaari setelah Al-Arqam generasi pertama diberangus habis. Nampak sekali bagi saya, sepak terjang Khadijah Aam sejak tahun 2007 sampai ke tahun 2010 yang berlanjut ke tahun 2011 ini mengundang teka-teki itu pada diri saya sendiri.

Yang jelas, sang mantan istri Ustaz Ashaari yang kini mengaku sebagai wasilah Rasulullah itu terus berteriak bahwa  Ustaz Ashaari belum wafat tapi ghaib. Beliau terus menyuntikkan kepada benak mantan pengikut Ustaz Ashaari bahwa mantan suaminya itu hanya ghaib untuk sekejap dan akan kembali zahir semula.  Kezahiran itu tak lama lagi dan akan terjadi bersama-sama dengan kezahiran Saidi Syekh Muhammad Suhaimi sebagai Imam Mahdi. Walaupun jadwal kezahiran yang awalnya ditetapkan 40 hari setelah hari keghaiban meleset berkali-kali, terus saja didoktrinkan bahwa kezahiran itu akan terjadi tidak lama lagi.

Buku Arqam tersungkur di Pintu Syurga telah menghantarkan sejumlah jawaban pada saya.  Setelah tamat barulah saya dapat melihat dengan agak jelas bahwa apa yang sekarang sedang diperjuangkan oleh mantan istri pemimpin Al-Arqam itu hanyalah sebuah upaya pengulangan sebuah skenario lama saja. Skenario lama yang diberi bungkus baru itulah yang dicoba duntuk dimainkan kembali.

Bagaikan sebuah sinetron  yang belum mencapai titik endingnya, lakonan-lakonan itu dicoba berkali dimainkan dan dimainkan kembali untuk mendapatkan ending baru.  Ending yang diinginkan adalah happy ending, namun ketika setiap episode itu dicoba untuk diulangkan selalu berakhir dengan sad  ending.

Buku Arqam Tersungkur di Pintu Syurga hanya menyebutkan dua episode yang kedua-duanya sad ending.  Episode pertama berakhir dengan pengharaman atas Al-Arqam di seluruh Malaysia di tahun 1994 dan Ustaz Ashaari dan 7 orang timnya ditangkap dan dipenjarakan selam 60 hari hingga bertobat. Episode kedua dimulai pada tahun 1995 dan berakhir dengan penangkapan untuk yang kedua kalinya pada tahun 1996.

Sebenarnya, setelah kedua episode yang diceritakan Zabidi Mohamed dalam bukunya itu,  epsisode ketiga sebenarnya telah dimulai pada tahun 1997 dengan didirikannya Rufaqa.  Ini tidak diceritakan dalam buku Zabidi.

Episode ketiga ini cukup lama bertahan, namun berakhir juga dengan sad ending . Rufaqa diharamkan di tahun 2007. Untungnya, Ustaz Ashaari tidak kembali ditahan. Khadijah Aam, didampingi oleh jasad Ustaz Ahaari yang sudah sangat lemah, mencoba membangun episode keempat sejak 2008 dengan nama baru, Global Ikhwan. Sad Ending berikutnya adalah sad ending terbesar, yaitu  dengan berpulangnya Ustaz Ashaari ke rahmatullah pada tanggal 13 Mei 2010. Daulah yang ditunggu-tunggu tetap tak kunjung tiba.
Karena tak puas dengan sad ending yang terus menerus itu, dan karena dihantui oleh isyarat ghaib yang masih membisikkan padanya bahwa daulah sebentar lagi, Khadijah Aam masih meneruskan episode kelima di tempat pelariannya, Makkah Al Mukarramah, Saudi Arabia.

Tenggelamnya "Unsinkable Ship": Al-Arqam

Zabidi Muhammad, penulis buku ini, telah menyertai jamaah Al-Arqam sejak sekitar  1979. Sejak tahun 1986 beliau telah pula menjadi orang kanan Ustaz Ashaari berspesialisasi sebagai Penasehat Undang-Undang Al-Arqam. 

Di tahun 1997, setelah mengumpulkan ulang data-data hampir selama satu tahun,  Zabidi Mohammed terpaksa menuliskan risalah ini.  Katanya, "Masih ramai masyarakat yang mengira bahwa pengharaman Al-Arqam adalah masalah politik."

Akibatnya, masih banyak yang mengira bahwa penghraman Al-Arqam itu sebagai sebuah kejahatan dan penzaliman yang dilakukan oleh rezim penguasa.  Zabidi Mohamed, sebagai orang dalam, yang ada di hampir semua episode penting Al-Arqam sampai ke penangkapan terakhir di tahun 1996, tahu persis bahwa sebenarnya Al-Arqam diharamkan murni  karena kasus agama.

Al-Arqam telah terbukti melakukan penghinaan atas Islam. "Inilah skandal agama paling dahsyat di abad ke-21 (hal 248)," tulis Zabidi Mohamed dengan mengutip pendapat seorang pakar dari dari Universiti Malaya.

Tahun 1992, Al-Arqam bagaikan kapal Titanic yang diyakini oleh penumpangnya tak mungkin ditenggelamkan (unsinkable). Taksub kepada Ustaz Ashaari, sebagai sang nakhoda,  telah sampai kepada puncaknya. Ustaz Ashaari bukan saja dipandang sebagai pemimpin, namun sudah dipandang sebagai wakil Tuhan di bumi ini. "Satu bulu roma Abuya pun  tak akan disentuh oleh musuh," tulis Zabidi mengenangkan ketaksuban itu.

Perang propaganda bahwa Ustaz Ashaari sebagai seorang yang telah dijadwalkan Allah menjadi perdana menteri (PM) Malaysia dimulai di tahun 1992 itu juga. Melalui risalah-risalah Al-Arqam, disebarkanlah bahwa Ust Ashaari adalah Pemuda  Bani Tamim yang dijanjikan Tuhan. Rasulullah dinyatakan ada di belakang Abuya yang dapat dipanggilnya kapan pun ia mau.

Sejak itu, Pusat Islam pun melontarkan perlawannya, juga melalui risalah-risalah.  Begitu beraninya, ketika perlawanan dari Pusat Islam  memuncak, Ustaz Ashaari menantang Pusat Islam dengan do'a mubahalhah  (berdo'a sambil mengatakan siap menerima azab Allah bila ternyata salah).

Menurut  analisa Zabidi yang pernah menjadi lawyer sebelum bergabung dengan Al-Arqam ini,  peristiwa penangkapan  Ustaz  Ashaari di tahun 1994 itu merupakan jawaban Allah terhadap do'a mubahalah yang dilakukan hanya tiga bulan sebelum penangkapan. Kapal Titanic Al-Arqam  akhirnya pecah dan karam juga. Penumpangnya berhamburan. Ustaz Ashaari ditangkap dan akhirnya bertobat di hadapan Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia, di Mesjid Negara pada tanggal 24 Oktober 1994.

Acara tobat yang disiarkan ke seluruh  TV Malaysia  secara live itu, ternyata hanya sebuah taqiah (berpura-pura) tobat.  Tak lama setelah pembebasannya, terbukti Ustaz Ashaari membangunkan kembali Al-Arqam secara rahasia. Seluruh anggota Al-Arqam diminta untuk bertaqiah mengikutinya.  Ternyata, pihak polisi keselamatan pemerintah  Malaysia dapat mengendus kepura-puraan ini hinggalah berlaku penangkapan yang kedua di tahun 1996.

Di penangkapan kedua ini, Ustaz Ashaari tidak hanya berhadapan dengan pemerintah. Kali ini Ustaz Ashaari berhadapan dengan anak buahnya sendiri. Terbongkarlah satu sindikat besar bahwa apa yang selama ini digembar-gemborkan oleh Ust Ashaari sebagai  yaqazah (perjumpaan) dengan Rasulullah  adalah sebuah penipuan.  Ustaz Ashaari telah menipu ke luar dan ke dalam. Keluar, Ustaz Ashaari menipu masyarakat dan pemerintah, kedalam ia menipu  anak buahnya sendiri.

Jika di penangkapan pertama , Zabidi Muhammad  dan pemimpin tinggi Al-Arqam masih menaruh persangkaan  baik dengan taqiah Ustaz Ashaari sebagai suatu strategi, di penangkapan kedua  mereka  menilai bahwa taqiah Ustaz Ashaari itu benar-benar sebuah kebohongan paripurna.

"Kenapa Ust Ashaari sanggup gadaikan iman pengikut-pengikutnya demi perjuangannya yang tidak berpijak di bumi nyata ini? Kenapa? Mereka anak-anak buah kita nun di perkampungan telah berkorban segala-galanya, harta, wang ringgit, tenaga, dan segalanya yang ada pada mereka, hanya kerana cinta mereka pada Ustaz Asaari dan kerana menanti dan mengharapkan kedatangan daulah islamiah. Sekarang ini mereka hidup miskin papa kedana, mengharap janji dan jadual Allah yang selalu diperkatakan oleh Ustaz Asaari  (hal 243)," tulis Zabidi.

Di akhir episode,  penulis Arqam Tersungkur di Pintu Syurga  yang mengaku telah benar-benar insaf akan kekarutan Al-Arqam itu menulis bahwa para pemimpin Al-Arqam  telah mendesak Ustaz Ashaari bertemu muka pada tanggal 25 September 1997. Kesimpulan mereka setelah pertemuan itu adalah:

  1. Matlamat perjuangan Al-Arqam telah berubah dari cita-cita yang suci dan luhur menyempit kepada memperjuangkan cita-cita politik Ustaz Ashaari.
  2. Isi perjuangan Al-Arqam telah bercampur aduk antara kebatilan dan kebenaran setelah dengan sengaja dimasukkan unsur-unsur dari luar Islam, yaitu yaqazah, tawasul, dan barakah yang membabi buta.
  3. Pendekatan perjuanga Al-Arqam jelas tidak islamis, karena telah memperalat agama untuk tujuan politik.
  4. Natijah perjuangan Islam tidak lagi indah, selamat dan menyelamatkan karena perjuangan itu secara nyata mengorbankan anak buah.
  5. Kepemimpinan Ustaz Ashaari  tidak lagi menunjukkan kredibitas: berdusta atas nama agama.
  6. Masyarakat tidak lagi menerima Arqam sebagai modul perjuangan Islam.
 Masa Depan Generasi Ketiga Al-Arqam: Global Ikhwan
Al-Ustaz Ashaari Muhammad telah wafat,  kembali ke ramatullah pada tanggal 13 Mei 2010. Kapal generasi ketiga Al-Arqam, yaitu Global Ikhwan Sdn Bhd (GISB) masih dilayarkan dengan bernakhodakan Khadijah Aam.  Seperti apakah ending kapal ini? Sejarah tentu akan mencatatkannya nanti.

Yang jelas, taksub dan taqiah masih dipertahankan sebagai ideologi organisasi GISB sebagaimana didoktrinkan di zaman Al-Arqam dulu.  Nama Rasulullah SAW dan nama Saidi Syekh Muhammad As Suhaimi masih diperalatkan untuk mendukung semua doktrin baru yang dilontarkan oleh sang nakhoda. Kalau taksub dan taqiah sudah nyata-nyata menenggelamkan Al-Arqam ke dasar lautan, apakah GISB akan terus melenggang dengan taksub dan taqiah yang sama?

Wallahu a'lam.

Bagaimana pendapat Anda?