Breaking

Thursday, June 18, 2015

Thursday, June 18, 2015

The Quranic Arabic Corpus



Banyak sekali sarana yang tersedia di dunia maya untuk mempelajari Al-Quran. Setiap orang pasti punya favorit masing-masing tergantung keperluan masing-masing pula. Kebetulan saya memerlukan kajian Al-Quran secara linguistik, khususnya analisis sintaksis-morfologis yang sederhana, mudha dipahami, tapi cukup lengkap. Setelah cari sana cari sini, saya akhirnya terdampar pada satu laman web berjudul The Quranic Arabic Corpus dengan alamat http://corpus.quran.com/.

The Quranic Arabic Corpus itu, menurut pendapat saya, adalah sebuah proyek luar biasa yang dibuat oleh seseorang yang sangat cerdas. Dia seorang anak muda bernama Kais Omar Dukes. Saya sebut anak muda karena usianya lebih muda dari saya. Dia adalah seorang computer scientist muslim, seorang software developer, berkebangsaan Inggris, peminat komputerisasi linguistik. Dari data-data pribadinya,  dia lahir 5 Desember 1979 di Sussex, England.

Dia adalah putra dari seorang ayah berkebangssan Inggris,  yang kemudian masuk Islam , dan seorang ibu berkebangsaan Arab. Sejak kecil,  Kais tumbuh dalam dua bahasa: Inggris dan Arab. Ia memperoleh gelar Master dalam matematika dari Imperial College, London dan PHD dalam computer science dari University of Leeds, juga di London.

Yang menarik dari usaha Kais Omar Dukes ini adalah ketika ia memilih Al-Quran dalam teks aslinya, bahasa Arab, menjadi objek analisis lingusitik berbasis komputernya. Dia meluncurkan The Quranic Arabic Corpus itu ke publik melalui dunia maya sehingga dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun.

Ini, sekali lagi menurut saya, sebuah karya fenomenal di dunia ilmu, khususnya  bagi pencinta ilmu-ilmu  Al-Quran. Dia mungkin bukan yang pertama dalam hal ini. Tapi, apa yang dibuatnya sungguh besar.

Berawal dari riset sederhana yang dijadikannya disertasi doktoralnya di University of Leeds, kini The Quranic Arabic Corpus  itu telah membantu lebih dari 2 juta pengguna di seluruh dunia.

Program online itu terdiri dari beberapa subprogram.  Program pertama adalah analisa Al-Quran kata per kata, word by word. Dalam sub-program ini, setiap kata di dalam Al-Quran diuraikan struktur morfologis dan fungsi sintaksisnya di dalam setiap ayat. Program ini telah memetakan keseluruhan ayata Al-Quran yang tersebar di dalam 114 surat.  Kita bisa memilih ayat mana yang kita mau dan di surat yang mana. Kita tinggal  mengklik  pilihan itu.  Seluruh kata yang terdapat di dalam ayat yang dipih itu ditampilkan utuh.

Untuk membedakan morfologinya,  setiap morfem diberi warna yang  berbeda. Di sebelahnya ditampilkan kedudukan sintaksis kata tersebut di dalam kalimat. Di sebelahnya lagi ada cara membaca dan terjemahannya dalam bahasa Ingris. Di bagian bawah disediakan audio untuk mendengarkan bacaan ayat itu secara akurat.

Kalau kita tidak ingin memasuki ayat per ayat berdasarkan urutannya di dalam Al-Quran tapi langsung ke kata, progam ini menyediakan Quran Dictionary. Dengan Quran Dictionary, kita langsung memilih kata yang kita inginkan.  Kata yang dipilih akan membawa kita kepada makna kata sesuai konteks ayatnya masing-masing.

Agar tidak dimonopoli oleh satu versi terjemahan, Kais menyajikan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggis dari 7 versi yang dikenal luas dunia Islam, diantaranya versi  Shahih International, Pickthall, Yusuf Ali, dan Mhosin Khan.

Yang paling  saya suka  dalam program ini adalah Syntatic Treebank. Setiap kata di dalam satu ayat dikaitkan dengan kata lain tergantung kedudukan kata itu (i'rab)  di dalam kalimat. Misalnya, dalam ayat hamdalah (Al Fatihah:2)  terdapat 5 kata. Kelima kata itu memiliki kedudukan masing-masing. Ada yang berfungsi sebagai khabr, jar, majrur, mudhaf-ilaih, dan badl. Kais menyajikan ketergantungan sintksis itu dalam bentuk diagram.


Bagi yang menekuni Ontology Al-Quran, program ini menyediakan Ontology of Concepts.  Kais membagi ontology Al-Quran ke dalam 12 cabang utama. Setiap cabang dipecah lagi menjadi cabang  yang lebih kecil.  Artifact, sebagai salah satu contoh cabang, telah dipecah menjadi 10  anak cabang. Demikian seterusnya  setiap anak cabang dipecah lagi sampai keseluruhan existensi yang dibahas di dalam Al-Quran terungkai. Yang menariknya, semua konsep-konsep itu disajikan dalam  diagram interaktif. Setiap kata yang ada dalam diagram mengandung link yang membawa kita kepada posisi kata itu di dalam Al-Quran. Semua konsep-konsp yang dipertautkan itu mengacu kepada sumber-sumber klasik, termasuk tasfir Ibnu Katsir.

Bagi yang belum paham istilah-istilah ilmu nahwu -sharaf dan sinonimnya dalam istilah linguistik, tersedia Quranic Grammar secara ringkas. Grammar ini Juga dilengkapi dengan diagram dan aplikasinya dalam semua ayat Al-Quran.

Bagi yang menyukai kajian Al-Aquran secara lingusitik  berbasis sintaksis yang mendalam, jangan lupa mengunjungi   http://corpus.quran.com/. Saya belum menemukan program lain yang lebih dari dari program ini.

Salam,

Thursday, June 18, 2015

Ramadhan: puasa, taqwa, dan Al-Quran


Sudah mafhum bagi kaum muslimin bahwa Allah mewajibkan orang beriman berpuasa di bulan Ramadhan.  Sebagai orang yang beriman, kaum muslimin pastilah akan menyambut seruan berpuasa ini dengan sukacita, penuh keinsafan.  Berbagai persiapan pun dibuat. Bukan hanya orang dewasa yang bersiap diri, anak-anakpun dipersiapkan menyambut seruan puasa sebulan penuh ini.

Betapapun puasa ini wajib hukumnya -- bahkan telah diwajibkan kepada  ummat sebelum ummat Muhammad SAW -- yang harus menjadi catatan kita bersama adalah puasa itu sendiri bukanlah tujuan. Ia bukan destinasi akhir.

Puasa hanyalah sebuah sarana, sebuah proses antara,  menuju taqwa. Destinasi akhir puasa adalah taqwa.

Artinya apa? Dengan puasa, dengan seluruh paket amalan yang menyertainya, orang-orang beriman diharapkan berproses menggembleng diri menuju apa yang disebut "taqwa" itu.

Kalau kita  sekeluarga berfokus  hanya membicarakan proses puasanya saja, proses menahan makan dan minum,  maka rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dari sudut medispun bukan satu dua penelitian yang menunjukkan manfaat pausa.

Bahkan, proses puasa itu sendiri secara syariat sangat sederhana. Lihatlah atauran syariat mengenai puasa. Hanya sekedar menahan makan, minum, dan keinginan seksual di siang hari sejak fajar hingga maghrib. Tidak ada bacaan-bacaan khusus. Tidak ada upacara-upacara khusus. Sepanjang batas-batas apa yang disebut menahan itu dijaga, maka besar kemungkinan proses puasa akan sah, berjalan baik dan sukses.

Tapi, bila kita bertanya apakah puasa yang telah dilakukan itu telah menjadi proses menuju taqwa? Nah, di sinilah persoalannya. Kita memang perlu cemas dalam hal ini. Kita tentu tidak ingin kalau dengan puasa, kta hanya mendapatkan lapar dan dahaga semata.

Proses puasa yang merupakan proses menuju taqwa itu bukanlah proses sederhana. Ia bukan proses jasmaniah belaka. Proses menuju taqwa adalah proses yang melibatkan kedua dimensi manusia--jasmaniah dan ruhaniah--sekaligus.

Proses menuju taqwa melibatkan fisik, akal, dan hati. Secara statistik, proses fisiknya banyak yang berhasil, walaupun ada juga beberapa orang yang tumbang, tapi bagaimana  dengan proses akal dan hati? Berapa banyakkah orang yang berpuasa yang hanya dapat fisiknya?

Dalam menyeimbangkan ketiga proses itu berjalan dengan baik, kita sangat perlu melihat satu hal yang disebutkan secara eksplisit oleh Allah berkaitan dengan Ramadhan. puasa, dan taqwa.

"Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran."

Artinya, puasa hanya akan menjadi proses menuju taqwa apabila orang berpuasa merapatkan diri pada Al-Quran. Secara fisik ia bepuasa. Bersamaan dengan itu, ia menyirami akal dan hatinya dengan Al-Quran. Secara perlahan akal dan hatinya yang telah rusak oleh pengaruh berbagai obsesi dan ambisi hidup jangka pendek kembali tersadarkan dengan firman-firman Tuhan itu.

Semoga.






Wednesday, June 17, 2015

Wednesday, June 17, 2015

Gojek

Dengan bermodalkan sebuah aplikasi berbasis Android di Samsung Tab, saya punya pengalaman pertama dijemput dan diantar ojek on-line hari ini. Kalau naik ojek konvensional bukan pernah lagi tapi sudah biasa. Yang sekarang ini adalah ojek online.

Aplikasi itu bernama GO-JEK  dengan icon bergambar seorang yang sedang mengendari  sepeda motor  degan tiga garis lengkung di atas kepala  warna hijau dan latar belakang warna hitam.  Aplikasi itu saya download dari Playstore pagi tadi.

Sebagai pengguna pertama, saya diarahkan untuk sign-up terlebih dulu dengan memasukkan nomor HP, alamat email, dan password. Saya pun memasukkan data yang diminta. Aplikasi  itu lalu memberitahu bahwa data-data saya sudah tersimpan. Jadilah saya anggota komunitas ojek Indonesia.

Untuk mulai menggunakan jasa ini, saya mengklik icon Go-Jek  hijau berlatar belakang hitam yang terdapat di halaman depan tab saya itu. Setelah diklik, terbukalah pilihan empat menu: Menu pertama kalau saya ingin tukang ojek membantu saya mengantarkan barang. Menu kedua kalau saya mau minta tolong dibelikan makanan. Menu ketiga kalau saya minta tolong  tukang  ojek membelikan saya barang.  Nah, karena hari ini saya mau tukang ojek membonceng saya ke Mall Ambasador, saya memilih menu keempat.

Setelah saya klik menu keempat itu, terbukalah form yang harus saya isi berupa lokasi tempat saya akan dijemput dan lokasi saya akan diantar.  Form ini praktis. Saya tidak perlu menulis rinci kedua alamat yang saya maksud karena pada form itu terdapat pula penunjuk lokasi menggunakan google map. Dengan modal klik-klik saja. Saya tinggal buka google map yang tersedia dan menunjuk posisi alamat yang saya maksud. Saya pun menunjuk di peta itu bahwa saya minta dijemput di lobi Gedung Bidakara, Pancoran dan diantar ke Mall Ambasador, Kuningan.

Dalam form itu, saya bisa memilih apakah akan dijemput sekarang atau nanti. Kalau nanti, mau dijemput jam berapa. Karena hari ini saya buru-buru, saya pilih jemput sekarang.

Keluarlah persetujuan atas pesanan saya dengan tagihan sebesar Rp.10,000.  Untuk tagihan ini, saya bisa memilih pembayaran dengan cash,  Gojek kredit, atau PIN. Karena saya belum tahu cara yang lain, saya pilih cash.

Tidak lama, kurang dari 2 menit. HP saya berdering. "Selamat siang Pak, saya  dari Gojek. Dalam 2 menit saya sudah sampai ditempat yang Bapak minta."

Saya turun dari kantor menggunakan lift langsung ke lobbi. Tukang objek yang bernama Sugiyanto menggunakan jaket hijau dengan strip hitam di lengan itu sudah menunggu. Dengan senyum ramah ia mengkorfirmasi nama saya dan memperkenalkan namanya. Ia kemudian menyerahkan helm hijau berlogo Go-Jek dan menawarkan masker.  Setelah semua perkakas itu saya terima, saya naik ke boncengan. Sugiyanto dengan ligatnya menerobos macetnya jalan di Jakarta. Tak lama kemudian, saya pun sampai di Mall Ambasador, tempat tujuan. Saya membayar Rp.10,000 sesuai tagihan. Sungguh praktis.

Wow, naik ojek jadi menyenangkan dengan adanya ojek online. Salut kepada penggagasnya. Semoga sukses.

Wednesday, June 3, 2015

Wednesday, June 03, 2015

Kaya dan miskin

Seorang perempuan cantik dengan gaun berbelah panjang sampai paha, penuh pernak pernik di bagian leher dan pinggang,  bersepatu tumit tinggi Cinderella Slippers, meloncat keluar dari sebuah Lamborghini Veneno 3000 cc sambil membanting pintunya dengan wajah murka. Tangannya yang putih mulus yang terbuka sampai di bahu menjinjing tas munggil Hermes Matte Crocodile Birkin seri terbaru.

Kemudian, terdengar ciutan keras ban radial mobil itu karena digas kejut oleh si sopir, seorang lelaki ganteng perlente yang duduk di belakang stir. Sambil bertolak pinggang, perempuan itu menatap tajam si lelaki yang terus berlalu.Aku yakin suami-istri kaya ini baru saja berkelahi karena mereka tidak sepakat, apakah akan makan di pesta yang sudah hampir usai atau makan di restoran saja. Hukum rimba akhirnya berlaku.

Tak jauh dari tempat itu, seorang ayah kurus kusam, dibantu istri yang gemuk ceria, mengatur enam anaknya berbaris menunggu angkot jurusan Cileungsi-Cililitan. Setiap kali si sopir memberi isyarat mobilnya sudah penuh, si ayah menghadiahinya senyuman, sambil menurunkan kembali tas besar penuh bekal dari bahunya.  Si ibu loncat sana loncat sini 

Aku yakin suami-istri yang miskin ini, sedang mengantar anak-anak mereka berenang mumpung sekolah libur.

Tak lama kemudian, aku berpikir, Apakah benar definisiku tentang ‘kaya’ dan ‘miskin’?  Apakah adil melabeli seseorang itu kaya hanya karena ia dikelilingi oleh nama-nama besar: Hermes, Lamborghini, J-co, Starbuck, Mc-Donald, BMW, Samsung, XXI, Body Shop, atau Universal Studio. Padahal, di balik kemewahan itu selalu saja ada rasa tak puas, rasa tak pernah cukup-cukupnya?  Begitu banyak orang yang dilabeli kaya dan mapan, ternyata hidupnya mengemis, memeras. Rumah tangganya medan peperangan. 

"Uh," penasaran membuatku galau. 

Apakah label miskin tepat bila hanya dikaitkan dengan bon warung, angkot, baju kodian Tanah Abang, dan warteg?  Begitu banyak di sekitarku orang yang menyandang label "miskin" dari masyarakat  tapi mereka hidup terhormat, bahagia. Mereka banyak memberi. 

Selama lima belas menit kurang beberapa detik aku mencoba mendefinisikan ulang apa itukaya apa itu miskin, sementara keringat mengucur dari pelipisku karena sengatan matahari.

"Kaya adalah..."

"Miskin adalah..."

Tiba tiba, mataku menangkap sekelompok merpati -- mungkin lebih tujuh ekor -- bercanda ria di atas sebuah nampan berebut segantang jagung yang dituangkan nenek bungkuk yang sudah renta. Bulir-bulir yang mereka patuk itu sebenarnya cukup untuk sesore ini saja. Belum tahu untuk besok. Tapi, keceriaan mereka tak sedikitpun sirna.

Tanpa bisa aku elak, sebuah jawaban menyambarku. Yang mebedakan kaya dan miskin sesungguhnya adalah perasaan: perasaan cukup.  Merasa cukup pada yang ada, itulah kaya.  Merasa kurang, kurang, dan terus kurang, itulah miskin dan sebenar-benarnyakemiskinan, betapapun hidup dalam kelimpahan harta benda.

Salam.