Breaking

Sunday, September 20, 2015

Tadika Hubbullah



Tahun 2003 yang lalu, saya dan istri saya, Ema Manita Kuraesin --bersama-sama dengan kawan-kawan kami: Ibu Mirza, Ibu Pusi Fauziah, Ibu Judith, Lestio Handoko, Rudy Salam, Adha Munaji, dll-- mendirikan sebuah sekolah taman kanak-kanak dengan sistem pendidikan Islam terpadu, raudhatul athfal, di bawah izin Departemen Agama.

Lokasi sekolah mengambil tempat di rumah kediaman Ibu Mirza di KM 6 Prabumulih.

Sekolah itu kami beri nama Tadika Hubbullah. Kalau diterjemahkan berarti "Taman Pendidikan Kanak-Kanak Kekasih Allah." Tujuannya menjadikan anak-anak Indonesia menjadi anak yang bertaqwa sehingga layak menyandang gelar "Kekasih Allah".

Ilmu diberikan untuk memupuk iman. Iman diimplementasikan dalam bentuk akhlak. Anak-anak yang berakhlak mulia adalah para kekasih Allah itu.

Untuk sistem seperti itu, di peringkat awal, beberapa tahun pertama, kami dibantu oleh guru-guru yang dikirim dari Rufaqa Malaysia. Mereka adalah Ustazah Aisah, Ustazah Sakinah, Ustazah Annisa, Ustazah Iis. Sejak 2006, guru-guru itu sudah ditarik.

Materi yang diajarkan di  Hubbullah adalah materi pelajaran dari kurikulum raudhatul athfal DEPAG yang dikombinasikan dengan sistem pendidikan tarekat Rufaqa yang diterapkan di Malaysia. Walaupun demikian, materi-materi lain kami ambil dari berbagai instansi pendidikan bertaraf nasional atau internasional. Aspek kognitif, affektif, dan psikomotorik dijalin secara berimbang.

Murid tidak hanya diberi ilmu dan keterampilan melulu, tapi dibimbing untuk mencapai akhlak mulia, hormat pada yang lebih tua, sayang pada yang lebih muda, menjaga disiplin ibadah, berkasih sayang. Guru tidak boleh hanya menjadi pengajar tapi harus menjadi pendidik, pembimbing, dan mentor sekaligus. Itulah sebabnya, penggemblengan guru-guru lebih diutamakan.

Interaksi antara guru dan orang tua juga dijalin karena kami sangat yakin bahwa kerjasama keduanya sangat menentukan suksesnya pendidikan.

Pada setiap Ahad malam dan Kamis malam, semua pengurus, guru, dan orang- tua murid berkumpul di sekolah ini untuk berzikir bersama, bertahlil, dan mendengarkan kajian-kajian ke-Islaman, serta makan malam bersama. Di sinilah kami membicarakan perkembangan anak-anak didik.

Untuk meningkatkan mutu guru, berkali-kali tenaga guru Tadika Hubullah dikirim ke kursus pendidikan international, baik yang diadakan di Indonesia, maupun yang diadakan di Malaysia. Berbagai tambahan informasi yang dibawa paa guru semaksimal mungkin diterpakan.

Ketika pertama berdiri, murid Tadika Hubbullah hanya beberapa orang dan tidak menggunakan sistem iuran. Kami menerapkan sistem infak semampunya. Anak yang tidak mampu tidak membayar, bahkan dibayar. Yang mampu membayar lebih. Karena murid-murid datang dari keluarga yang bervariasi kemampuan ekonominya, maka terjadilah subsidi silang. Kami sangat berterimakasih kepada para hartawan yang menyekolahkan anaknya ke Hubbullah yang pasti berinfak lebih. Akibatnya, terbantulah anak-anak dari kalangan yang tidak mampu.

Tidak sedikit jerih payah yang telah disumbangkan remaja mesjid Prabumulih yang tergabung dalam FBI (Forum Bersama Irmas) membangun sekolah ini. Mereka ikut serta membangun tanpa imbalan uang sedikitpun.

Setiap malam minggu, di halaman sekolah ini, kami menggelar cafe Islami dengan menampilkan nasyid-nasyid Islami yang dibawakan oleh penasyid-penasyid berbakat FBI. Boleh dikatakan, lahirnya penasyid-penasyid Parabumulih seperti Joko, Heri, dan Handoko bermula dari cafe Islami RA Hubbullah ini.

Selain untuk menyampaikan dakwah melalui nasyid kepada masyarakat, cafe Islami ini juga berfungsi untuk mengumpulkan dana tambahan untuk operasional sekolah. Sitem pembayaran untuk makanan dan minuman yang dihidangkan di cafe ini adalah "makan suka-suka, bayar suka-suka." Silakan makan sesukanya dan baya juga sesukanya. Orang tua murid bahkan ikut menjadi panitia.

Karena begitu uniknya sistem sekolah ini, Tadika Hubbullah telah diliput berbagai media di masa itu.

Tidak sedikit tantangan dan rintangan yang kami hadapapi ketika mendirikan sekolah ini. Tantangan finansial sudah pasti. Tantangan emosional juga tidak sedikit. Dengan kerjasama yang baik, semangat gotong royong, dan saling tenggang rasa, sekolah pertama yang bestatus raudhatul athfal di di Prabumulih   ini berdiri dan beroperasi.

Dengan berjalannya waktu, kepala sekolah dan guru telah silih berganti. Kepengurusan pun silih berganti karena adanya berbagai kesibukan yang lain. Karena misi sekolah ini sejak pendiriannya bukan menjadi sekolah komersil, untuk mendapatkan uang, tapi justru untuk ladang menginfakkan uang, Tuhan telah melindungi eksistensi sekolah ini sampai hari ini. Selalu saja bantuan Allah datang tanpa terduga-duga.

Ketika saya berkunjung kemarin siang, sekolah anak-anak yang bercita-cita melahirkan anak-anak yang bertaqwa itu masih gagah berdiri. Lebih dari 11 tahun. Saya terharu sampai menitikan air mata.

29 orang anak berseragam hijau, sedang bersekolah di bawah asuhan 4 orang guru. Yang laki-laki mengenakan kopiah putih sedangkan yang perempuan mengenakan kerudung putih. Mereka terlihat gembira dan ceria, Di mata mereka terpancar aharapan menatap masa depan.

Saya sempat berbincang dengan anak-anak itu, juga dengan guru dan kepala sekolah yang sekarang, Ustazah Onti.

Bu Mirza, salah seorang pendiri dan sekaligus pemilik aset bangunan sekolah ini, menyambut kami. Beliaupun menceritakan perkembangan sekolah ini serta masalah-masalah yang dihadapi.

Terlalu banyak yang telah didedikasikan Ibu Mirza untuk Tadika ini. Bukan saja ruang tamu, teras, dan dapur untuk keperluan sekolah, bahkan kamar tidur beliau dijadikan ruang kelas sehingga beliau tidur pindah ke kursi. Semoag itu semua menjadi amal jariah beliau yang akan terus mengalir tanpa putus--putusnya sampai ke akhirat.

Sayang, waktu kami tak cukup. Saya berjanji akan menggagendakan pertemuan kembali di suaktu waktu nanti dengan mengundang semua pengurus dan mantan pengurus, guru dan mantan guru, kepala sekola dan mantan kepala sekolah. Mungkin juga murid dan mantan murid. Tak lupa para penasyid yang telah menyemarakan atmosfir Tadika Hubullah. Ya, semacam reuni akbar.

Oh ya, anak ketiga saya, Sarah Mahmudatun Nabila, yang sekarang telah menjadi siswi kelas 2 SMA, adalah alumni tadika Hubullah.

No comments:

Post a Comment