Breaking

Thursday, September 4, 2008

Fasilitas Sandar Tangker Yang Baru di Bula

Suatu pemandangan telah berubah di pantai Bula, Pulau Seram Maluku, sejak selesainya pembangunan fasilitas sandar tangker di dermaga minyak Kalrez Petroleum (Seram). Pantai Bula yang terkenal sangat cantik dengan laut birunya yang mempesona itu, sekarang tampak lebih cantik lagi dengan adanya bangunan yang baru itu. Selain baru, fasilitas baru ini secara tidak langsung memberi kegembiraan tersendiri bagi dunia perminyakan di Indonesia.

Lapangan Bula termasuk salah satu lapangan yang paling bersejarah dalam industri perminyakan Indonesia. Bagaimana tidak, lapangan ini telah memasuki fase sejarah yang sangat panjang dibanding lapangan-lapangan lainnya di Indonesia. Lapangan Bula sudah diproduksikan oleh Pemerintah (penjajah) Belanda sejak awal tahun 1896, dengan berhasilnya mereka mengebor beberapa sumur di wilayah itu dan memproduksikan minyaknya . Tahun 1943, lapangan ini dikuasi secara paksa oleh pemerintah Jepang. Karena pemerintah Jepang lebih sibuk dengan urusan perang dunia ke 2 daripada berbisnis minyak, sumur-sumur di wilayah ini tidak terkelola dengan baik semasa itu, sehingga produksi terhenti. Sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, barulah secara defakto, lapangan Bula dioperasikan kembali di bawah kendali Pemerintah Indonesia. Sejarah lapangan Bula telah mencatat berbagai upaya telah dilakukan untuk memaksimumkan produksinya dan mengefisienkan operasinya. Sampai saat ini, telah tercatat dalam sejarah lapangan Bula, 6 perusahaan asing yang silih berganti telah mendapat kepercayaan sebagai operatornya melalui berbagai macam bentuk kontrak dengan Pemerintah Indonesia.
Sejak tahun 2000 yang lalu, lapangan Bula dioperasikan oleh Kalrez Petroleum (Seram) LTd dengan kontrak bagi hasil (PSC). Kalrez dengan sumber daya manusianya yang berkualitas prima dan berdedikasi tinggi, berhasil mengelola lapangan Bula ini dengan baik dan aman. Sampai hari ini, lapangan ini masih beroperasi dan tetap menghasilkan minyak mentah sekitar 500 barel perhari untuk mengisi kebutuhan energi bangsa ini.
Jika dibandingkan dengan lapangan lapangan lain yang produksinya raksasa, seperti Duri, Natuna, dll, produksi lapangan Bula tentulah sangat kecil. Bahkan dalam peresentasenya terhadap produksi nasional, mungkin produksi lapangan Bula berkontribusi kurang dari 1%. Walaupun demikian, produksi yang sekecil itu tidak dapat dipandang remeh. Untuk sebuah lapangan yang sudah berumur lebih dari 100 tahun, produksi sebesar itu tidak dapat dipandang kecil. Kenyataannya, lapangan Bula telah menyumbang sedikitnya US$ 2 juta pertahun ke dalam kas negara. Selain itu, masih terdapat peluang untuk menaikkan produksi di atas tingkat yang sekarang.
Kalrez Petroleum (Seram) Ltd, saat ini, sedang bekerja keras melakukan berbagai upaya untuk menaikkan produksi lapangan Bula ke tingkat yang lebih baik, atau setidak-tidaknya mempertahankan level produksi yang sekarang tidak turun. Usaha tersebut termasuk di dalamnya, membenahi infrastruktur dan fasilitas produksi agar dapat berfungsi dengan baik, aman, efektif dan efisien. Ini merupakan bagian dari komitmen manajemen Kalrez yang telah dicetuskan sejak awal , yaitu memastikan seluruh peralatan yang dioperasikan di lapangannya harus sesuai dengan standar keselamatan operasional yang berlaku di Indonesia. Walaupun demikian, pembenahan tersebut tetap dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas. Semua fasilitas yang tak mungkin diperbaiki, akan diganti dengan peralatan baru yang lebih efektif dan efisien.
Pembangunan fasilitas sandar tangker di dermaga minyak lapangan Bula yang baru merupakan sebagian dari upaya pembenahan seluruh fasilitas tersebut . Pembangunan sandaran tangker ini terpilih sebagai salah satu proyek yang masuk dalam prioritas pertama, karena dipandang paling mendesak dibandingkan dengan proyek yang lain. Melalui tahapan yang cukup panjang, bulan Maret 2008 yang lalu pembangunan itu telah selesai.
Proyek pembangunan yang mulai dikerjakan awal Agustus 2007 yang lalu telah dapat dirampungkan dalam waktu enam bulan. Walaupun terlambat dari jadwal yang disepakati semula dengan pihak kontraktor akibat gangguan cuaca, keterlambatan penyelesaian proyek tersebut tidak menggangu jadwal pengangkutan minyak yang memang sejak semula telah dijadwalkan pada bulan April 2008.
Sampai saat ini, fasilitas sandaran yang baru tersebut telah berhasil digunakan secara aman sampai empat kali proses pengangkutan minyak. Ini berarti bahwa keandalannya sudah cukup teruji. Tim dari Facilities Engineering Kalrez, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proyek ini sejak mulai perencanaan sampai dengan tahap uji coba, masih tetap melakukan monitoring untuk memastikan semua bagian dari fasilitas ini berfungsi dengan sempurna.
Sebenarnya, rencana pembangunan fasilitas sandar ini sendiri telah mulai dipikirkan sejak awal Januari 2006, saat awal diambilnya pengelolaan lapangan Bula oleh manajemen Kalrez yang baru, mengingat parahnya kondisi fasilitas sandar tangker yang ada saat itu. Tapi, karena banyaknya pekerjaan lain yang harus diprioritaskan, terutama yang berkaitan dengan pembenahan sistem produksi, rencana pembangunan itu belum dapat dilaksanakan di tahun 2006. Studi mendalam dan penyusunan proposal proyek ini untuk diajukan kepada BPMIGAS, baru mulai dilaksanakan secara intensif di sekitar pertengahan tahun 2006.
Dari studi mendalam tersebut, tim Facilities Engineering Kalrez telah melakukan pengakajian, pemilihan dan penyeleksian beberapa alternatif sistem penyelesaian masalah yang paling memungkinkan. Termasuk dalam pemilihan itu, kajian kemungkinan perbaikan sebagian fasilitas saja, atau kemungkinan penggunaan dermaga milik Kufpec sebagai altenatif. Dalam fase itu, telah dilakukan pula studi banding dengan fasilitas sandar milik perusahaan lain di Indonesia, termasuk milik Kufpec dan Pertamina yang kebetulan berlokasi di Bula.
Namun, pembangunan fasilitas sandar, seperti yang telah dilaksanakan sekarang ini dinilai paling hemat, tepat dan cepat. Fasilitas sandar, seperti yang telah dibangun ini, lebih mudah dioperasikan dan lebih awet karena dibuat dari struktur beton berkekuatan tinggi. Biaya konstruksinya juga dihitung lebih murah dibandingkan dengan beberapa alternatif yang tersedia.
Setelah rencana proyek tersebut mendapat persetujuan BPMIGAS, tim Facilities Engineering Kalrez mulai mengumpulkan data-data, melakukan pengukuran di lapangan, melakukan perhitungan desain dengan memasukkan seluruh variable yang diketahui. Tim inipun menyelesaikan gambar dan spesifikasi konstruksinya. PT. Info Map, dari Bandung, mendapat kontrak untuk melaksanakan test investigasi lapisan tanah dasar laut tempat akan ditempatinya tiang pancang, sekaligus menghitung daya dukung tanah untuk menentukan panjang tiang yang paling ideal. Seluruh analisis struktur dan geoteknik dilaksanakan.
Pekerjaan konstruksi fasilitas sandar tangker ini sendiri dilaksanakan secara borongan oleh PT. Dharma Subur Satya. Proyek berlangsung selama lebih kurang enam bulan. Secara keseluruhan proyek ini hanya menghabiskan dana sebesar US$513,482. Dibandingkan dengan fasilitas sandar di tempat lain dengan kapasitas yang sama, biaya konstruksi sebesar ini termasuk murah dan proses pembangunannya relatif cepat.
Murahnya biaya pembangunan fasilitas sandar tangker ini bukanlah sebuah kebetulan. Sejak ditahap perencanaan, telah dilakukan proses value engineering terhadap desain berkali-kali setiap suatu alternatif desain diperoleh. Berpuluh-puluh simulasi dilakukan berulang ulang. Berpuluh-puluh revisi terhadap desain dilakukan, yang semuanya itu bertujuan untuk mendapatkan suatu desain yang murah tetapi tidak mengorbankan tingkat keandalan dan keamanannya. Hasilnya ialah: semua kemungkinan pemborosan desain yang tak perlu dapat dipangkas habis, dengan tetap pada tingkat keandalan dan keamanan yang masih terterima.
Sekedar informasi tambahan, sebelum dibangunnya fasilitas sandar yang permanen ini, pelaksanaan pengangkatan minyak dilakukan dengan banyak kendala. Pemuatan minyak ke tangker, yang biasanya sebanyak 30000-50000 barel per sekali muat itu, terpaksa menggunakan fasilitas yang seadanya saja, yaitu fasilitas yang tidak permanen dan yang berisiko.
Waktu itu, di area dermaga minyak Kalrez hanya tersedia dua buah pelampung tambat (mooring buoy) yang berbentuk silindris yang terbuat dari kotak baja yang diikatkan ke dasar laut dengan rantai, sebagai penambat tangker. Pada alat inilah tangker ditambatkan.
Tangker sendiri tidak mungkin dirapatkan ke jety karena kedalaman laut di sana hanya 3m, sementara tangker memerlukan setidak tidaknya kedalaman 8m. Itulah sebabnya tangker diposisikan pada jarak 70 me dari pinggir jety untuk mencapai kedalaman yang diperlukan tersebut.
Sebenarnya, dulu ada empat buah pelampung tambat dengan bentuk yang hampir serupa. Tapi, sekarang, yang dua lagi sudah lama tenggelam ke laut karena remuk dimakan karat, dan belum pernah diganti. Dua pelampung tambat yang tersisa pun sebenarnya sudah sangat mengenaskan keadaannya. Karena dua tambat tidak cukup, terpaksalah digunakan tiang tambat (mooring post ) darurat yang dibuat dari pipa yang dipancang dilaut. Untunglah di dekat itu, tiang tambat milik tetangga, Depot Pertamina Bula, masih pula diizinkan untuk digunakan.
Karena sistem yang ada hanya seperti itu, mau tidak mau masih diperlukan penghubung antara tangker dengan daratan berupa satu buah barge lengkap dengan tug boat nya. Barge dugunakan untuk banyak fungsi. Barge ini difungsikan sebagai tempat petugas beraktifitas selama pengangkatan minyak. Barge itu sendiri juga difungsikan sebagai sandaran tanker bila diperlukan pada saat gelombang besar. Selain itu barge diugunakan sebagai tempat peletakan pipa dan selang penyambung pipa penyalur dari jety untuk mencapai tangker yang posisi tambatnya 70 m dari jety.
Untuk keperluan naik turun dan lalu lalang petugas ke barge, diperlukan satu unit jembatan penghubung barge dengan jety.
Tug boat yang seharusnya diperlukan untuk pemosisian tangker, terpaksa harus dierepotkan, untuk mengatur posisi barge. Kalrez selalu harus menyewa tug boat dan barge yang diperlukan ini dari perusahaan lain. Pada saat-saat terakhir sebelum penggunaan fasilitas baru, tug boat dan barge yang disewa inipun tidak layak lagi dipakai .
Demikianlah terlalu banyaknya komponen dalam sistem tua tersebut, sehingga berpotensi membahayakan manusia maupun lingkungan. Sistem kerja dan sistem peralatan seperti ini jauh sekali dari standar keselamatan. Tapi, beruntung belum terjadi kecelakaan.
Dengan fasilitas sandar tangker sistem baru, pada saat penyandaran tangker, lambung tangker langsung disandarkan ke dua buah bangunan beton yang dinamakan breasting dolphin, sementara talinya ditambatkan ke dua buah mooring dolphin yang masing-masing berada di ujung dermaga. Melalui tali, tangker akan ditarik merapat ke breasting dolpin sampai lambung tangker benar-benar menempel. Di bagian breasting dolphine yang ditempeli lambung kapal, telah dipasang dua fender karet untuk menyerap energi benturan tangker. Breasting dolpin itu sendiri sengaja di desain tetap berjarak 70m dari pinggir jety untuk mencapai kedalam 12m, agar dasar tangker tidak menyentuh dasar laut.
Untuk keperluan operasional, di antara kedua breasting dolpin dibangun satu lantai kerja yang disebut jety head. Jety head digunakan untuk para petugas menyiapkan segala sesuatu selama pengangkutan minyak. Antara jety head dan daratan dihubungkan oleh satu jembatan yang lebarnya cukup untuk satu orang pejalan kaki. Di sisi jembatan inilah diletakkan pipa penyalur minyak. Dalam sistem ini tidak diperlukan lagi barge maupun sambungan-sambungan pipa yang tidak permanen, karena semuanya diganti dengan yang permanen.
Keseluruhan sistem didesain untuk mampu menyandarkan tangker berkapasitas sampai dengan 20,000 DWT, melalui suatu analisis struktur yang teliti dengan mempertimbangkan sifat-sifat tanah yang ada. Kedua buah breasting dolphin dibuat dari beton dengan luas lantai 25m2 di atas 8 buah tiang pancang berdiameter 16" dan tebal 9mm. Kedua buah mooring dolphin pun dibuat dari beton, dengan luas lantai 9m2, yang dibangun di atas 3 buah tiang berdiameter 16" tebal 9mm. Satu buah jetty head, dibuat dengan luas lantai 65.5m2, diatas 8 buah tiang pancang berdiameter 9 mm. Jembatan penghubung juga dibuat dari beton di atas tiang berdiameter 12", tebal 9mm. Semua beton tersebut di desain berkualitas sangat tinggi untuk mean laut yang berat, yaitu K300. Kekuatannya telah diujicoba melalui uji yang pengujian yang teliti di laboratorium beton.
Di bagian depan breasting dolpin dilengkapi pula dengan dua buah fender karet yang telah dihitung cukup untuk menyerap energi benturan tangker. Selain itu di tengah-tengah breasting dolphin telah dipasang bollard berkapasitas 100 Ton, yang telah dihitungkan cukup untuk menahan tarikan tangker.
Seluruh tiang pancang dibuat dari pipa baja spiral ASTM A252. Untuk mencegah pengkaratan tiang pancang ini di laut, digunakan pelapis antikarat berupa fusion bonded epoxy yang dilapisi diatasnya dengan plastik high density polyethylene (HDPE) setebal 1500 mikron yang dikerjakan di Gresik, Jawa Timur. Perlu diketahui, desain sistem pelapis ini merupakan terobosan dan inovasi baru dalam pembangunan fasilitas sandar, khususnya di Indonesia bagian Timur.
Dengan spesifikasi seperti itu, fasilitas sandar ini layak digunakan untuk penyandaran tangker berkapasitas sampai dengan 20,000 DWT dengan draft sampai dengan 10 m. Dengan sistem pelapis HDPE yang digunakan pada tiang pancang, usia fasilitas ini diharapkan akan mencapai lebih dari 20 tahun. Kini fasilitas sandar sudah selesai dan siap untuk digunakan untuk pengangkutan minyak. Diharapkan, tidak ada hambatan dari sisi fasilitas, jika produksi minyak di Bula berhasil dinaikkan sesuai harapan.

5 comments:

  1. Keren ya? Alhamdulillah, semoga infonya bermanfaat.

    ReplyDelete
  2. ditunggu lagi tulisannya. apakah ada perkembangan lagi dari Seram ?

    ReplyDelete
  3. Terimakasih Pak Waskita. Berita lain akan disusulkan.

    ReplyDelete
  4. Bener Keren abis coy ......... Tulisannya berbobot banget. Salut pak.
    Untuk pipa HDPE nya dan pemasangan, kami siap pak. Barangkali untuk hydrant dan supply air minum baik untuk kapal maupun untuk warga setempat.

    ReplyDelete