Breaking

Friday, November 6, 2009

Sariawan dan menulis


Ternyata ada hubungan antara sariawan dengan menulis. Mau tahu? Hampir sejak seminggu yang lalu saya di serang sariawan. Posisinya tepat di tepi lidah sebelah kiri, luka memanjang. Kalau dipakai bicara, sakitnya bukan main, karena ia menggeser ke geraham kiri. Tapi kalau dibawa makan yang pedas, tak terasa apa-apa. Entah sariawan atau hanya luka bekas tergigit, saya tak tahu pasti.

Akibat sariawan, saya harus mengurangi frekuensi berbicara. Kalaupun saya paksakan, saya akan "mengaduh". Ada beberapa obat yang sudah saya coba, nampaknya tidak mempan. Padahal di sisi lain, saya tidak mungkin berhenti berkomunikasi, baik untuk keperluan pribadi ataupun keperluan pekerjaan. Terutamanya keperluan pekerjaan. Setiap pagi biasanya saya harus diskusi dengan kawan melalui telepon.


Sebagai konsekuensinya, saya harus menulis. Kini terpaksa pakai e-mail atau chating sebagai pengganti telepon langsung. Saya jadi teringat guru-guru menulis saya yang bersusah payah memaksa saya menulis dan menulis, namun tak menulis juga. Gara-gara sariawan saya jadi terpaksa menulis. Bahkan sekarang malah jadi susah menghentikannya. Ada-ada saja yang ingin saya tulis.


Tak disangka hal yang kelihatannya tak terkait, ternyata terkait erat: sariawan dan menulis.


Walaupun ada hikmahnya, saya tetap berharap sariawan saya sembuh juga. Do'akan ya!. Dan, Anda jangan sama sekali berharap kena sariawan dulu seperti saya untuk mulai menulis.


Bagiamana pendapat Anda?


Wallahu a'lam


 

No comments:

Post a Comment