Breaking

Thursday, October 26, 2023

Thursday, October 26, 2023

Dover Castle Hostel

Kalau Anda malas tinggal di Hotel - karena bosan, atau budget pas-pasan, pilihan tempat tinggal di London adalah hostel. Hotel dan hostel hanya beda satu huruf: s. Tapi dari segi harga jauh berbeda. Kenyamanannya? Ya, pasti juga berbeda sesuai harga.

Kalau di hotel Anda tingal sendiri atau berdua sekamar, di hostel Anda tinggal rame-rame. Ada hostel yang menawarkan tinggal 8 orang sekamar dan ada pula yang 18. Bahkan ada yang 40 orang. Sebuah kamar seperi aula disulap jadi kamar tidur. Dipan-dipanya dibuat bertingkat. Kesan pertama, Anda mengira itu geladak kapal. "

Di Dover Castle Hostel saya sekamar dengan 12 orang. Ada India dan pakistan. Ada juga yang berasal dari Eropa seperti Jerman dan Belanda. Mereka rata-rata anak muda yang gemar keliling dunia dengan hanya membawa ransel. Istilah kerennya backpacker.

Karena pagi jam 8 pagi sudah berangkat dan baru pulang setelah jam 9, mubazir sebenarnya membayar sewa hotel yang mahal. Kalau di Waldorf Hilton Anda harus merogoh kantong 5 juta rupiah semalam, di hostel Dover Castel cukup 250 ribu saja.

Walaupun ditempati ramai-ramai, kamarnya bersih tidak pengap. Dilengkapi pemanas udara untuk melawan hawa dingin di luar. Ada cafe yang menyediakan makanan dan minuman bagi yang mau beli. Yang malas beli, tersedia dapur untuk memasak. Tinggal beli sayur, telor, atau mie di minimarket, lalu masak sendiri.

Untuk mencuci, tersedia mesin-mesin cuci yang disewakan. Operasikan sendiri. Cucian langsung sampai kering. Tersedia pula setrika bagi yang mau tampil lebih necis.

Karena tidak mungkin meletakkan kopor di kamar karena sempit, terdapat ruang penyimpan kopor. Ke kamar cukup bawa satu tas kecil atau ransel yang berisi handuk, peralatan mandi, dan carger HP.

Kamar mandi dipakai bergantian, tapi handuk dan peralatan mandi harus disiapkan sendiri. Airnya hangat. Biar tidak antri, bangunlah sebelum subuh dan mandi duluan sebelum orang lain mandi.

Air botol dijual di cafe. Tapi kalau mau lebih hemat, minum air keran saja. Langsung minum, tidak perlu direbus, kecuali Anda mau bikin kopi. Perebus air juga ada kalau mau.

Itulah indahnya tinggal di hostel. Banyak kawan. Setelah Anda jalan keluar, berpakaian rapi, naik bus atau tube toh tidak ada yang akan mengesan kalau Anda tidak menginap di Waldrof selama berkunjung di London. Kalau hanya sekedar kesan, toh siang hari tinggal mampir ke Waldorf, anda selfie di lobi hotel mewah itu. Gratis.



Thursday, March 7, 2019

Thursday, March 07, 2019

Mind Mapping

Mind Mapping pada dasarnya sebuah aktifitas menggambar menggunakan kertas dan pensil-warna warni. 

Yang membedakannya dari menggambar umumnya adalah bahwa yang digambarkan MindMapping bukan objek fisik, tapi sebuah proses yang terjadi di dalam neuron dan dendrite otak ketika kita sedang berpikir. 

Dengan trik dan teknik sederhana, memadukan meta cognitif dan kinestetik, aktifitas MindMapping terbukti membantu seseorang berpikir secara sistem, sekaligus analitis dan kritis. 

Bukan itu saja, MindMapping juga membantu seseorang berpikir lebih generatif dan kreatif; memutus kebuntuan. 

Metoda MindMapping sangat cocok dipakai bagi yang sering berhadapan dengan pikiran yang kompleks dan menantang seperti yang sering dialami para business analyst, entrepreneur, philospher, project manager, strategic planner, autodidactic learner, writer, designer, engineer, politician, dan artist.


Friday, July 13, 2018

Friday, July 13, 2018

Desa Usaruk, PNG

Desa Usaruk, kurang lebih setengah jam penerbangan helikopter dari Madang, Papua New Gunea.

Ngeri juga melihat mereka datang menghampiri helikopter kami yang baru mendarat. Masing-masing memegang golok yang panjangnya hampir sehasta. Ada yang menyiapkan bambu runcing.

Eh, di luar dugaan. Ternyata mereka baik dan ramah. Kami disambut dengan kalungan bunga dan senyum persahababatan. Tidak paham apa yang mereka sampaikan. Namun dari raut muka tergambar kalau mereka senang walaupun tersirat juga kewaspadaannya.

Bapak-bapak dan anak-anak berebut minta salaman. Ibu-ibunya minta foto bersama --eh saya yang minta.

Mereka manyajikan melon, mentimun, dan kelapa muda sebagai penghormatan kepada kami yang telah berkenan meyinggahi mereka.



Friday, July 13, 2018

Kembali dari Papua New Guinea

Perjalanan yang cukup meletihkan. Akhirnya mendarat kembali di Singapura setelah beberapa hari bertualang di Papua New Guinea.

Sebelum check in di Jackson Airport di Port Morseby sempat berdikusi panjang lebar dengan petugas tourism di sana tentang banyak hal. Salah satunya diskusi tentang sejarah menyatunya bangsa Papua dan bangsa New Guinea menjadi Papua Ne
w Guinea (PNG). Awalnya ada dua blok. Blok utara adalah New Guinea. Mereka mayoritas. Blok Selatan, Papua. Minotitas. Lalu mereka sepakat mendirikan satu negara merdeka.

Setelah diceritakan, baru saya ngeh kalau orang papua lebih kecil badannya dibanding orang new guinea. Hidung mereka pun lebih kecil di samping kulitnya yang tidak terlalu hitam. Tapi, kebiasaan mengunyah pinang sama.
Friday, July 13, 2018

Kampung Daun

Kampung daun yang tidak sekedar nama, tapi benar-benar rimbun dedaunnya. Lumayan menyingkirkan diri sejenak dari polusi udara Jakarta.
Friday, July 13, 2018

Jus Pinang Khas Aceh

Di Aceh ternyata sudah ada yang mengetahui khasiat pinang muda: meningkatkan stamina. Stamina batin lagi.

Kalau di PNG, pinang mentah dikunyah begitu saja, di Aceh pinang dijadikan jus. Satu gelas jus pinang itu dibuat dari lima butir pinang muda yang diblender bersama satu butir telor ayam kampung, sepotong jahe. dan sesendok madu.

Rasa pahit bawaan pinang memang berkurang tapi masih terasa kelat di lidah. Apakah stamina bertambah? Belum tahu. Tapi, efek instannya langsung terasa. Badan menjadi lebih hangat, dahi berkeringat, dan kepala sedikit goyang-goyang.

Mungkin, kalau minumnya rutin baru akan terasa efeknya pada stamina, termasuk stamina batin.

Mau coba? Datanglah ke Aceh. Tepatnya di Idi.

Thursday, July 12, 2018

Thursday, July 12, 2018

Petai di London

Di London ada yang menjual petai. Ada yang jual berarti karena ada yang membeli. Siapakah gerangan? Saya tidak yakin kalau yang membelinya adalah rakyat jelata. Siapa tahu menu utama keluarga kerajaan Ingris Raya adalah petai dan dan sambal terasi. Kita saja yang belum tahu.

Saya menemukan petai dijual di Grrard Street, kawasan yang dikenal sebagai China Town, London, bersama sayur-mayur lainnya. Ada kacang panjang, kubis, wortel. Tidak hanya satu supermarket yang menjualnya di sana.

Yang membuat saya tidak senang adalah bahwa petai dan sayur mayur itu tidak berasal dari Indonesia. Dari label yang ditempel pada kemasannya yang rapi itu terbaca bahwa itu dari Thailand.

Lha, kemana petai asal indonesia? Habis dikonsumsi dalam negeri? Atau tidak tahu cara mengekspornya ke luar negeri? Saya khawatir petai malah suatu ketika akan diimport seperti garam dan kedele.

Petai - juga sayur mayur yang lainnya - padalah hanya dikemas secara sederhana pakai plastik, lalu divakum. Terlihat rapi, bersih, dan higinis. Mesin pembuat kemasan seperti itu pun dijual di Jakarta. Setidaknya tidak sulit di dapat. Mengemasnya adalah pekerjaan sederhana, tidak perlu oleh seorang insinyur. Tidak ada alasan sebenarnya untuk tidak mau mengkespor produk-produk seperti itu.

Kalau pesawat terbang gagal kita ekspor ke luar negeri, masa petai juga harus gagal juga?

Ayo, mari kita pikirkan bersama. Hasil pertanian Indonesia berlimpah. Tanahnya yang subur menghasilkan ratusan varietas palawija dan buah. Tidak perlu pengolahan lebih lanjut yang rumit. Tinggal dikemas rapi lalu dikirim ke London -- dan kota-kota di Eropa lainnya.

Kita punya ubi jalar, singkong, daun singkong, kentang, cempedak, rebung, pakis, mentimun.

Mengapa sayur mayur itu dibiarkan membusuk dan harganya jadi murah? Mengapa tidak diekspor saja. Pasar di london seperti Brorough, dan bahkan Harrods menampungnya. Ayo bungkus.

Thursday, July 12, 2018

Berburu buku di Foyles

Kalau di Indonesia, Foyless ini mungkin setara Gramedia. Toko buku utama. Cabangnya ada dimana-mana.

Kalau gramedia pusatnya di jalan Matraman, Jakarta, Foyles pusatnya di Charing Cross Road, London. Kalau Anda turun kereta tube di stasiun Totenham Court, jalan kaki sedikit ke arah tenggara sejauh 200 m. Posisinya di sebelah kanan, nyaris berhadapan dengan Phoebix Theatre.

Ukuran tokonya lebih luas dari Gramedia Matrraman. Terdiri dari 7 lantai. 6 lantai full buku, 1 lantai yang paling atas untuk cafe.

Jumlah dan variasi buku tak terhitung. Mulai dari bacaan anak-anak sampai bacaan khusus dewasa. Buku agama tidak hanya tentang Kristen dan Islam, tapi juga Yahudi, Sinto, Khonghucu, -- juga Shikh.

Semua buku bisa Anda baca sambil berdiri. Silakan dibaca sampai habis asalkan daya tahan lutut Anda masih mencukupi dan mata Anda belum berair.

Strategi saya begitu saja. Capek berdiri, saya jongkok. Mungkin lebih dari sepuluh buku yang saya baca - tentunya tidak sampi tamat. Pulangnya tidak perlu mampir ke kasir karena tidak ada yang dibeli.

Thursday, July 12, 2018

Ngopi, London

Salah satu strategi mengusir dingin di London dan meringankan penat di sendi lutut setelah jalan kaki dengan jarak yang sudah tak terhitung jauhnya: masuk ke cafe lalu pesanlah secangkir kopi hangat. Istitahat sejenak.

Cafe untuk itu bertebaran di mana-mana -- hampir di setiap penggal jalan, setiap stasiun, setiap shoping center. Salah satu cafe pilihan saya adalah Nero Coffee.

Nero Coffee menawarkan sajian dan menu kopi ala Italia. Expresso dan Cappucino ada. tapi di Nero ada beberapa variasi tergantung jenis topping yang diminta. Kesukaan saya adalah Cappucino dengan topping bubuk kayumanis. Belum diseruput, aroma khas kayumanisnya telah lebih dulu sampai di kerongkongan melalui hidung.

Yang membuat hati agak senang, Nero Coffee mengimpor biji kopi kering dari Indonesia. Sayangnya, barista brewokan yang melayani saya hari ini tidak tahu apakah kopi Indonesia itu Gayo, Sidikalang, Liwa, Bali, atau Toraja. Eh malah dia balik bertanya apa bedanya.

Terpaksalah saya menjelaskan sedikit banyak macam-macam kopi asal Indonesia, termasuk beberapa proses panen dan penjemurannya. Setahu saya banyak barista tidak tahu hal itu. Mereka mengira lezatnya kopi hanya tergantung pada proses roasting atau brewing. Padahal proses awalnya -- sejak proses panen, pengeringan, pengelupasan kulit, dan peyimpanan juga mempengaruhi rasa akhir kopi.

Semoga saja penjelasan serba singkat dari saya itu mampu membuat Nero Coffee konsisten mengambil kopi Indonesia, tidak berpaling ke Brazilia atau Vietnam -- dua negara pesaing Indonesia dalam hal kopi di pasaran internasional.

Sebenarnya saya ingin sekali menjelaskan satu varietas kopi Indonesia yang bercita rasa istimewa: kopi luwak. Saya pernah dengar kalau kopi luwak dicekal masuk Eropah karena dipandang jijik dan tidak menghargai hak asasi binantang. Mereka tidak tahu kalau yang kita minum itu biji kopi yang sudah sangat bersih dari kotoran luwak. Luwaknya pun dipelihara baik-baik, tidak disakiti.

Sayang sekali barista berlogat British yang sangat kental itu terlalu sibuk. Pembeli yang antri membuat dia tidak fokus lagi. Lain kali, mungkin harus saya bawa saja sebungkus sampel kopi luwak asli untuk diuji coba. Biar orang-orang Ingris tahu rasa.