Kisah-kisah tentang Imam Mahdi telah dituliskan dengan sangat rinci, ilmiah, dan komprihensif oleh seorang ulama besar bernama Ali bin Husamuddin (w 975 H) dalam bukunya Al Burhan Fi 'Alamat Mahdi Akhir Az Zaman. Buku ini diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berjudul Imam Mahdi, Kedatangannya Pasti, Bukan Sekadar Mitos, dan ditebitkan oleh Pustaka Inner, Bandung,tahun 2004.
Di tengah hiruk pikuk akan harapan ummat akan tegaknya kembali keadilan dan kemakmuran yang kedua kalinya, sebagaimana pernah ditegakkan dulu di zaman Rasulullah dan khulafa rasyidin, rasanya buku ini elok sekali untuk disimak. Saya tidak bermaksud mempengaruhi opini siapapun untuk berinterpretasi tentang Imam Mahdi. Saya hanya melihat, dengan membaca buku ini, setidak-tidaknya deskripsi tentang Imam Mahdi dan berbagai peristiwa yang terjadi di zamannya, akan lebih jelas bagi para "pencari kebenaran". Bukanlah berarti, satu buku ini sudah cukup untuk meluruskan berbagai anggapan tentang Imam Mahdi. Tapi, setidak-tidaknya, diskusi tentang Imam Mahdi menjadi lebih terarah.
Tokoh sentral yang dibahas adalah Imam Mahdi, seorang yang disebutkan oleh Rasulullah SAW sebagai khalifah Rasulullah yang terakhir sebelum datangnya hari Kiamat. Tokoh ini sangat terkenal. Pada zaman ini, dan juga zaman-zaman sebelum kita, banyak dibicarakan. Walaupun demikian, kontroversi tentang ciri-ciri dan interpretasi tentangnya tak pernah berakhir.
Dalam kata pengantar bukunya, penulis yang bernama lengkap Ali bin Husamuddin bin Abdul malik bin Qadhi Khan Al Muttaqi Asy Sadzili ini, mengatakan bahwa bukunya itu adalah hasil penyusunan ulang karya Imam As Suyuti, seorang ulama besar yang menghafal puluhan ribu hadis, yang berjudul Al-'Urf al-Wardi f i Akhbar al-Mahdi . Penyusunan ulang bertujuan agar bab-bab pembahasan lebih terklasifikasi dengan baik. Hadis-hadis yang dicantumkan dalam karya As Sayuti itu sama sekali tidak dikuranginya. Bahkan, sejumlah hadis-hadis tentang topik yang sama yang berasal dari karya Imam As Suyuti lainnya yang berjudul Jam'u al Jawami' telah ditambahkan ke sana.
Selain itu, penulis yang juga dikenal dengan karya-karya yang banyak itu, Ali Husamuddin telah menambahkan pula di dalam bukunya itu hadis-hadis yang berasal dari kitab karya Allamah Yusuf bin Yahya As-Sulami yang berjudul 'Iqd ad-durar fi Akhbar Mahdi al-Muntazhar. Penambahan itu hanya sebagian kecil hadis sebagai pelengkap, karena sebagian besar hadis yang dibicarakan dalam karya As Sulami itu telah terdapat didalam kedua karya As Suyuti.
Jadi, dengan penggabungan itu, semua hadis yang berasal dari ketiga buku tenang Al-Mahdi telah disatukan. Besar kemungkinan, deskripsi tentang Imam Mahdi berdasarkan hadis-hadis, dalam buku ini, sangat komprehensif. Bahkan, dalam buku ini, penulis menyebutkan pula analisis para ulama hadis tentang tingkat keshahihan hadis-hadis yang dikutip.
Selama ini sebagian masyarakat baru mengenal empat khalifah utama yang disebut khulafa rasyidin, yang secara berturut-turut , Saidina Abu Bakar (r.a) , Saidina Umar bin Khatab (r.a), Saidina Usman bin Affan (r.a), dan Saidina 'Ali bin Abu Thalib (r.a). Sebenarnya, dari berbagai hadis, Rasulullah SAW sudah menyebutkan bahwa akan ada satu lagi yang tergolong khulafa rasyidin yang akan dilahirkan menjelang hari kiamat. Beliau bernama Muhammad bin Abdullah
(r.a) yang digelari Al Mahdi. Sebuah nama yang sangat mirip dengan nama Rasulullah SAW sendiri. Bahkan nama ayah dan ibunya mirip dengan nama ayah dan ibu Rasulullah.
Tapi, Muhammad bin Abdullah Al Mahdi ini bukan nabi dan bukan rasul, sehingga beliau tidak akan menerima wahyu, apalagi akan membuat syariat baru. Beliau tidak bersifat ma'shum sebagaimana nabi-nabi dan rasul-rasul. Secara nasab, beliau tergolong ahlul bait karena masih mempunyai garis keturunan yang bersambung kepada Rasulullah melalui Siti Fathimah, putri bungsu Rasulullah SAW.
Muhammad bin Abdullah Al Mahdi, atau sering disingkat dengan Imam Mahdi, disebutkan, akan berhasil menegakkan keadilan dan kemakmuran di akhir zaman, menegakkan kembali kasih sayang di seluruh dunia, membebaskan Baitul Maqdis dari tangan Yahudi, dan juga membebaskan Masjidil Haram dari penguasaan pemerintah yang zalim. Di zamannyalah akan datang Dajjal, sang pendusta. Di bawah pimpinan Imam Mahdi, sang pendusta kelas kakap itu akan ditaklukkan.
Rasulullah SAW memang tidak menyebutkan secara persis saat kelahirannya. Wajarlah, kalau interpretasi tentang ini berbeda-beda dari mulut ke mulut. Rasulullah hanya mengisyaratkan bahwa ia akan dilahirkan sebelum kiamat terjadi. Kelahiran Imam Mahdi merupakan salah satu tanda bahwa kiamat sudah hampir tiba. Dia akan dibai'at sebagai pemimpin di musim haji, di depan Ka'bah, antara hajar aswad dan maqam Ibrahim. Hadis-hadis Nabi menyebutkan beberapa ciri fisiknya seperti gigi seri yang teratur, berkening lebar, bertahi lalat di pipi sebelah kanan. Beliau dilukiskan sebagai seorang yang sangat pemurah, pemberani dan kharismatik yang akan mempopulerkan kembali sunnah rasul yang telah pudar dari masyarakat.
Yang tidak kalah menarik dalam pembahasan buku ini adalah pertemuan Imam Mahdi dengan sekelompok pemuda yang berasal dari masyriq (timur) sebelum pembebesan Baitul Maqdis. Boleh menjadi diskusi kita, dimana sebenarnya wilayah timur yang disebut sebagai masyriq itu.
Imam Mahdi bertemu dengan pemuda-pemuda masyriq itu di suatu tempat di Khurasan ketika mereka membai'at Imam Mahdi sebagai pemimpim. Selanjutnya pemuda-pemuda itu menjadi pengikut-pengikut Imam Mahdi yang paling setia dan menyertainya dalam berbagai penaklukan setelah itu, termasuk pembebasan Baitul Maqdis.
Pemuda-pemuda dari timur itu adalah sekelompok pemuda yang digambarkan berjiwa seperti besi. Mereka adalah sekelompok pemuda yang taat beribadah dan gigih berjuang. Digambarkan dalam satu metofora yang cantik, "Malam, mereka seperti rahib, tapi kalau siang bagaikan singa." Tatkala sampai kepada mereka berita pembai'atan Al Mahdi di Makkah, mereka pun bergegas untuk bergabung menyertainya.
Menurut salah satu hadis dari Nu'aim bin Hammad, mereka menyusul Imam Mahdi ke Khurasan setelah mereka mendengar bahwa beliau ada di sana. Mereka terdiri dari 4000 orang di bawah pimpinan seorang pemuda bani Tamim yang bernama Syu'aib bin Sholeh. Pemuda dari bani Tamim yang memimpin mereka ini adalah seorang pemuda yang kharismatik dan pemberani. Kulitnya kuning seperti sawo matang, bertinggi sedang, dan berjanggut tipis. Itu sebagian ciri fisik yang digambarkan oleh hadis.
Rombongan ini membawa sebuah bendera berwarna hitam. Mereka memakai peci yang juga hitam sedangkan pakaian mereka putih. Salah seorang dari mereka bertugas sebagai pemegang bendera. Dia adalah seorang pemuda yang masih belia dari bani Hasyim, yang bernama Haris Al Haras. Disebutkan bahwa Haris al Haras ini masih ada hubungan keluarga dengan Imam Mahdi, sama-sama alhul bait. Di telapak tangan kanannya ada tahi lalat. Dalam satu hadis dikatakan bahwa ia berkaki pincang. Pemuda bani Hasyim yang bernama Haris Al Haras inilah yang pernah dikira telah terbunuh di satu peperangan, dan ternyata ia masih hidup.
Setidak-tidaknya, buku yang sangat berguna ini menyimpulkan bahwa Muhammad bin Abdullah Al Mahdi, Syu'aib bin Sholeh pemuda dari bani Tamim, dan Haris Al Haras pemuda dari bani Hasyim adalah tiga tokoh yang berbeda yang bertemu dalam satu misi perjuangan yang sama, memperjuangkan tegaknya kembali sunnah Rasulullah di akhir zaman.
Wallahu a'lam
Bagaimana pendapat Anda.
No comments:
Post a Comment