Breaking

Friday, October 1, 2010

Maqam Muttaqin


Apa makna muttaqin yang sesungguhnya? Terus terang, mencari makna leksikal kata taqwa dalam analisis semantik termasuk sulit. Kata itu sendiri, dalam perbendaharaan kata-kata Bahasa Arab, termasuk dalam kelompok kata-kata asing (gharib) yang jarang dipakai dalam percakapan sehari-hari. Karena itu, makna harafiah kurang tepat untuk digunakan.

Berbeda dengan tiga kata lain yang merupakan basis bagi taqwa, yaitu islam, iman, dan ihsan. Ketiga kata itu dikenal dengan sangat akrab oleh orang-orang Arab sebagai bahasa sehari-hari.

Secara terminologis, seorang yang bertaqwa (muttaqin) memiliki ciri sebagai seorang yang telah berihsan (muhsin). Beberapa ayat Al Quran menegaskan itu. Di lain pihak, secara terminologis juga, ihsan itu sendiri mengandung makna islam dan Iman di dalamnya. Maka dapat disimpulkan bahwa di dalam taqwa terkandung makna ketiga kata itu. Seseorang muttaqin adalah seorang muhsin, yang juga bermakna bhawa dia adalah muslim dan mukmin.

Muslim adalah orang yang taat pada sistem Tuhan (perintah, larangan, dan petunjuk-petunjukNya). Mukmin tidak hanya ta'at, tetapi juga yakin. Ia taat dalam keadaan yakin akan siapa yang ditaatinya itu. Keyakinan itu tumbuh dari tahu, kemudian kenal, dan terakhir yakin akan Allah. Inilah yang dinamakan ma'rifat. Muhsin bukan saja taat dan yakin, tetapi juga sadar. Ia taat dan yakin dalam keadaan sadar penuh akan siapa yang ditaati dan diyakini itu. Dalam ketaatannya itu, ia merasa berhadapan dengan Allah. Seorang muhsin akan diliputi oleh perasaan dilihat Allah (muraqabah). Lebih tinggi lagi, seorang muhsin akan diliputi perasaan melihat Allah (musyahadah).

Muttaqin adalah maqam tertinggi. Muttaqin adalah orang yang memetik buah islam, iman, dan ihsannya itu. Karena itu, seorang muttaqin adalah orang yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan dalam ibadahnya. Buah ibadah sesungguhnya akan diperoleh di level muttaqin itu. Buah itu bukan berbentuk harta benda, tetapi berbentuk sejumlah sikap yang tertanam dalam dirinya, menyatu dalam perbuatan, pikiran, dan perasaannya. Sikap itu juga yang tampak dari perilakunya sehari-hari.

Walaupun sulit menemukan makna leksikal kata taqwa secara semantik, namun kita dapat melihatnya dari ciri-ciri muttaqin sebagai yang digambarkan Allah dalam Alquran. Makna inilah yang penting.

Tiga kelompok ayat-ayat berikut ini merupakan gambaran tiga tingkatan muttaqin.

Ciri-ciri muttaqin yang paling elementer digambarkan pada QS 2: 2-5. Mereka adalah orang yang (1) beriman pada yang ghaib, (2) menegakkan shalat, (3) meninfakkan sebagian rezki mereka, (4) meyakini Al Quran dan kitab-kitab suci terdahulu, (5) meyakini kehidupan di akhirat. Mereka adalah orang yang mendapat petunjuk dan kebahagiaan di dunia.

Ciri-ciri muttaqin pada level intermediate digambarkan pada QS 3: 133-135. Mereka adalah orang yang (1) tetap berinfak baik dalam keadaan lapang ataupun sempit, (2) menahan marah dan mudah memaafkan orang lain, (3) cepat-cepat ingat pada Allah ketika terlanjur berbuat dosa , segera minta ampun dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Dengan tegas Allah mengatakan bahwa mereka adalah seorang muhsin. Ganjaran bagi mereka bukan saja petunjuk dan kebahagiaan di dunia, tetapi bagi merereka ampunan dan surga.

Ciri-ciri muttaqin pada level advance digambarkan pada QS 51: 15-23. Mereka adalah orang-orang yang (1) mengambil apa-apa saja yang datang dari Allah sebagai sebuah ketetapan, (2) sedikit tidur di waktu malam dan istigfar di waktu sahur, (3) pada harta mereka sudah ada alokasi (budget), baik untuk yang meminta maupun yang malu meminta, dan (4) meelihat tanda-tanda Tuhan di bumi, dalam diri, dan di langit. Allah menegaskan sekali lagi bahwa mereka adalah muhsin. Dan, ganjaran bukan sekeda surga, tapi surga yang penuh kenikmatan.

Wallahu a'lam
Bagaimana pendapat Anda?

No comments:

Post a Comment