Breaking

Sunday, September 20, 2015

Ayam



Tidak mudah beternak ayam di musim kemarau panjang ini. Bukan hanya air untuk kepeluan minum ternak ini yang kurang, asap akibat kebakaran hutan yang telah mengepung kawasan Sumatera Selatan, khusunya Prabumulih, telah membuat unggas-unggas jinak ini mengalami stress.

Musim kemarau dan berasap tahun ini telah membuat rasio pertumbuhan ayam di kandang kami  sangat buruk. FCR maksimum harusnya 1.55,. Di musim tidak berasap, FCR biasanya berkisar 1.40 sampai dengan 1.50. Tapi, di musim berasap ini, angkanya berkisar pada 1.60-1.65. Besarnya angka FCR itu menunjukkan pertumbuhan berat daging ayam tidak setara dengan konsumsi makanannya.

Belun lagi mortaliti (tingakat kematiannya). Dari 100 ekor, yang mati jangan lebih dari 3 ekor. Tapi sekarang, yang mati mencapai 12 ekor untuk setiap 100 ekor. Ayam-ayam yang stress , banyak bermenung-menung, sangat mudah mati.

Harga ayam tidak pula bagus. Di kandang, di Parbunulih, harga ayam hanya Rp. 12,000 /kg. Peternak benar-benar terpukul dapurnya. Pukulan itu semakin terasa karena penyerapan pasar pun minta ampun lambatnya.

Perlu pemikiran yang lebih kreatif untuk mengantisipasi kondisi-kondisi ini ke depan.

Di antara yang saya pikirkan adalah: mendapatkan bibit ayam yang lebih tahan asap, atau mencari semacam obat kuat yang membuat stamina ayam menjadi kuat.

Selain itu, mengurangi jumlah ayam menjadi 1/4 - 1/2 kapasitas juga perlu dipertimbangan agar kandang tidak terlalu padat.

Di atas semua itu sabar atas musibah ini serta syukur atas apa yang pernah dicapai adalah kunci dari segala-galanya. Peternak bisa bersabar, tapi bagaimana dengan ayam?

No comments:

Post a Comment