Breaking

Monday, October 6, 2008

Kata dan Frasa


Kata adalah satuan terkecil dalam bahasa yang berfungsi untuk menggambarkan sesuatu yang maujud dalam pikiran manusia. Kata mesti berkorelasi dengan pikiran. Itulah sebabnya saling bertukar kata memungkinkan manusia saling bertukar pikiran atau bertukar informasi. Kata memiliki makna yang mengaitkannya dengan pikiran, dan dalam suatu susunan, kata memiliki perilaku tertentu. Berdasarkan perilakunya itulah , maka kata dibedakan dalam beberapa kelas atau jenis.
Pengelompokan kelas atau jenis kata ini masih dipertikaikan oleh ahli bahasa dari dulu sampai sekarang karena perbedaan cara pandang dan definisi masing-masing ahli bahasa. Hasilnya, setiap ahli ternyata telah membuat pengelompokan yang beraneka ragam. Untuk keperluan kajian linguistik yang mendalam, jenis dan alasan-alasan pengelompokan ini mungkin perlu dikaji secara rinci. Namun, untuk keperluan tulis menulis, kita cukup melihat beberapa kelompok penting saja dengan melakukan penyederhanaan cara pengelompokannya. Kata yang oleh sebagian ahli dikelompokkan dalam satu kelas tertentu, mungkin di sini akan saya kelompokkan ke dalam kelas yang berbeda. Untuk keperluan kajian lingusitik mungkin diperlukan pembagian kelas kata yang banyak dan berjenjang. Namun untuk keperluan tulis menulis, kata cukup dikelompokkan menjadi delapan kelas saja sebagai berikut.
Nomina
Nomina adalah kata yang merupakan nama segala yang maujud dalam pikiran manusia. Dalam tata bahasa lama, nomina disebut kata benda. Berbeda dari kelas kata lainnya, nomina dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan kata lain untuk mendampinginya. Bahkan nomina dianggap sebagai asal muasal semua kata di dunia ini.
Sesuai dengan maknanya, nomina terdiri dari nama benda mati, seperti batu, kayu, pemukul,dll ; benda hidup seperti kerbau, orang, bakteri,dll; benda ghaib seperti setan, malaikat, dll; benda abstrak seperti pikiran, perasaan, kebahagiaan, keadilan, dll; nama diri seperti Ahmad, Sunaryo, dll ; dan nama jabatan seperti istri, gubernur, tetangga, dll. Kata yang digunakan sebagai pengganti nama juga termasuk nomina, seperti: kata ganti persona (saya, dia, mereka, dll), kata untuk bertanya ( apa, siapa, kemana, dll), kata untuk menyapa (Pak, Bu, Saudara, dll), dan kata untuk menunjuk sesuatu (ini, itu, anu, dll).
Ajektiva
Ajektiva adalah kata yang menunjukkan sifat atau keadaan suatu nomina. Berbeda dengan nomina, ajektiva tidak berdiri sendiri. Ajektiva menempel pada nomina. Ajektiva tidak memiliki arti apa-apa tanpa nomina. Jika kita menyebutkan satu ajektiva, pikiran kita akan langsung mencari nomina yang disifatkan oleh ajketiva itu. Ajektiva akan selalu dituliskan berkaitan dengan nomina, baik sebagai pewatas makna untuk membentuk frasa atau sebagai predikat untuk membentuk kalimat. Pada contoh rumah baru. Baru adalah ajektiva yang digandengkan dengan nomina rumah sebagai pewatas makna sehingga makna rumah menjadi lebih jelas. Pada contoh rumah itu baru. Ajektiva baru berfungsi sebagai predikat untuk menunjukkan keadaan rumah itu.
Kata yang berkaitan dengan angka, seperti tiga, kelima, separuh, sebagian, dan beberapa, sebenarnya termasuk ajektiva juga karena ia juga menunjukkan sifat atau keadaan suatu nomina, yaitu sifat kuantitif. Sebagian ahli bahasa ada yang memasukkannya ke dalam nomina, dan ada pula yang membuat golongan tersendiri, yang dinamakan numeralia. Untuk keperluan tulis menulis, kita cukup menganggapnya sebagai kelompok ajektiva saja karena ia lebih banyak memiliki ciri-ciri ajektiva dari pada ciri-ciri nomina.
Verba
Verba adalah kata yang menjelaskan kerja atau tindakan suatu nomina. Seperti ajektiva, verba juga tidak dapat berdiri sendiri kecuali ada nomina yang dijelaskannya. Berbeda dari ajektiva, dalam Bahasa Indonesia, verba tidak dapat berfungsi sebagai pewatas makna suatu nomina untuk membentuk frasa. Verba hanya dapat berfungsi sebagai predikat saja untuk membentuk kalimat.
Banyak sekali jenis verba. Kajian khusus diperlukan untuk mempelajari semua jenis verba ini. Ada verba yang memerlukan objek seperti memukul, membuat, dll; dan ada yang tidak seperti makan, tidur, dll. Yang memerlukan objek, ada yang memerlukan satu objek saja, ada pula yang memerlukan dua objek.
Selain itu, ada juga satu jenis verba yang memerlukan perhatian khusus. Verba ini tidak menunjukkan secara ril sebuah kerja atau kegiatan suatu nomina. Ia lebih menunjukkan keadaan seperti ajektiva, tapi ia memerlukan objek seperi sebuah verba (padahal ajektiva tidak memerlukan objek) . Verba itu disebut verba kopula. Di antara verba kopula adalah kata-kata seperti: adalah, ialah, merupakan.
Sebagian menyebutnya sebagai verba penghubung dan sebagian lagi menyebutnya kopula saja. Yang lebih unik, verba kopula dapat menghilang dari kalimat yang subjeknya terdiri dari satu atau beberapa kata yang tersusun pendek, tapi tetap ada secara maknawi.
Adverba
Adverba adalah kata yang berfungsi pewatas makna verba (sedang, akan, sering, tidak, jarang, selalu, telah) dan pewatas makna ajektiva (sangat, terlalu, tidak). Ada yang menyebut kelas ini dengan dengan nama adverbia dan ada yang menyebut dengan keterangan. Kata-kata yang dalam Bahasa Ingris disebut auxilary verb, dalam Bahasa Indonesia disebut adverba.
Preposisi
Preposisi adalah kata yang berfungsi mengubah suatu nomina sehingga mempunyai arti yang lain atau fungsi yang lain dengan cara membawahkannya. Preposisi tidak pernah berdiri sendiri tapi selalu berbentuk frasa dengan membelakangi nomina. Preposisi selalu berada di depan nomina yang diubahnya untuk membentuk frasa preposisi. Nomina yang dibelakangi preposisi itu dinamakan objek preposisi. Di antara kata yang termasuk preposisi adalah di, ke, dari, demi, dan untuk.
Preposisi juga dapat membelakangi kalimat untuk membentuk anak kalimat. Sebagian ahli bahasa memasukkan preposisi yang membelakangi kalimat dikelompokkan sebagai konjungsi yang disebut konjungsi subordinatif. Tapi di sini, untuk keperluan tulis menulis, kita tetap menganggapnya preposisi, bukan konjungsi.
Konjungsi
Konjungsi adalah kata yang berfungsi menggabungkan beberapa kata, frasa, atau kalimat membentuk suatu kombinasi yang berkedudukan setara. Konjungsi ada yang menggabungkan unsur-unsur itu untuk menunjukkan penyertaan, seperti dan, beserta, dll , ada yang menggabungkan menunjukkan pilihan, seperti: tapi, sedangkan, dll, dan ada yang menunjukkan runtutan, seperti: kemudian, setelah itu, dll.
Interjeksi
Interjeksi adalah kata yang digunakan untuk mengungkapkan suatu letupan emosi, seperti: aduh, wah, alhamdulillah, assalamu'alaikum, masyaallah, selamat pagi, terima kasih, dll.
Artikula
Artikula adalah kata sandang, seperi: sang, si, kah, sang, pun, dll.
Walaupun setiap kata memiliki kelas yang sudah tetap berdasarkan makna leksikalnya menurut kamus, kata-kata tertentu dapat menunjukkan berkelas lain dalam konteks tertentu. Contohnya kata menulis adalah verba, tapi dalam konteks tertentu dapat berperilaku nomina. Dalam tata bahasa ini disebut nomina verbal, yang berarti sebuah verba berperan sebagai nomina. Demikian juga beberapa ajektival dapat difungsikan sebagai nomina, yang dalam tata bahasa disebut nomina ajektival. Merah adalah ajektiva, yang dalam kalimat saya menyukai merah berperan sebagai nomina yang menduduki peran objek verba. Sebagai sebuah nomina, nomina verbal dan nomina ajektival dapat didahului oleh preposisi. Ada preposisi yang membawahi nomina verbal (dengan, karena) dan ada yang membawahi nomina ajektival (dengan, karena).
Setiap kata yang diamasukkan ke dalam kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, telah dicantumkan kelasnya. Walaupun demikian, pembahasan kelas kata akan lebih jelas bila dikaitkan dengan pembahasan tentang frasa.
Kini saatnya kita harus membicarakan susunan kata yang disebut frasa itu. Karena frasa berbeda dengan kalimat, pembahasan tentang frasa itu mutlak diperlukan sebelum merangkak ke pembicaraan tentang kalimat.
FRASA
Frasa adalah susunan dua kata atau lebih yang maknanya bertumpu pada satu kata sehingga berperilaku seperti satu kata tunggal. Hubungan ini dinamakan dalam linguistik dengan hubungan endosentris. Satu kata berfungsi sebagai inti, dan yang lain sebagai pewatas. Fungsi pewatas adalah untuk mewatasi makna kata inti. Walaupun frasa terdiri dari beberapa kata, maknanya berada pada salah satu kata, yaitu kata inti yang menjadi tumpuan.
Misalkan frasa ibu saya. Makna frasa tersebut bertumpu pada kata ibu. Kata itu adalah intinya. Kata saya berfungsi mewatasi makna ibu. Jadi, kalau disebut ibu saja, maka sembarang wanita yang melahirkan anak akan terwakili. Tapi bila disebut ibu saya, maknanya terwatas apada ibu yang melahirkan saya, bukan ibu yang melahirkan orang lain.
Perhatikan contoh frasa yang lain toko kursi rotan. Kata inti frasa itu adalah toko. Kata-kata lain mewatasi makna toko. Semakin banyak pewatas, semakin terwatas makna kata tumpuan. Tapi, semakin panjang susunannya, frasa itu semakin berpotensi untuk disalahartikan.
Di sinilah perbedaan nyata antara frasa dan kalimat. Frasa, betapaun panjang susunannya, hanya memberikan satu makna, sedangkan kalimat, walaupun pendek, memberikan dua makna, yaitu subjek dan predikat.
Frasa dapat dibentuk dengan dengan kelas yang sama, seperti nomina dengan nomina, dan dapat pula dibentuk dengan kelas yang berbeda, seperti nomina dan ajketiva, verba dan nomina, preposisi dan nomina, dll. Perilaku frasa sama dengan perilaku kata yang menjadi tumpuannya. Frasa nomina artinya frasa yang seluruh maknanya bertumpu pada nomina. Frasa verba artinya frasa yang maknanya bertumpu pada verba.
Berikut ini adalah senarai contoh-contoh frasa yang lebih lengkap:
Frasa nomina:
  • toko bunga(nomina + nomina pewatas)
  • rumah baru (nomina + ajektiva)
  • beberapa buku (nomina+ajektiva numeralia)
  • rumah untuk guru (nomina + adverbia)
Frasa ajektiva:
  • sangat miskin (ajektiva+adverbia)
  • buruk muka (ajektiva+ nomina)
  • enak dibaca (ajektiva + verba)
Frasa verba:
  • telah pergi (verba +adverbia)
  • menulis buku (verba + nomina)
  • memberi saya obat (verba + 2 nomina)
  • menganggap saya bodoh (verba + nomina + ajektiva)
Frasa preposisi:
  • di rumah (preposisi+nomina)
  • dengan menulis (Preposisi + nomina verbal)
  • karena sedih (Preposisi+ nomina ajektival)
Untuk membentuk satu kalimat, satu kata atau frasa harus menempati ruas subjek dan satu kata atau frasa lain harus menempati ruas predikat. Satu pikiran hanya dapat dipahami jika ada dua makna yang saling mengisi, layaknya suami-istri, yaitu subjek dan predikat. Selanjutnya, mari ikuti pembahasan berikutnya yang sangat penting, yaitu bangun kalimat.


No comments:

Post a Comment