Catatan kuliah mahasiswapun dapat disulap menjadi buku. Anda yang tidak mahasiswa lagi, tetap saja berkesempatan berbagai kuliah-kuliah lepas dalam berbagai bidang. Setiap kuliah dapat dituliskan ulang menjadi satu artikel.
Dulu waktu saya mahasiswa terkesan bahwa satu-satunya proyek penulisan buku karya mahasiswa itu ialah skripsi, berupa hasil riset kecil-kecilan ala mahasiswa. Semua mahasiswa harus belajar metodologi penyusunannya, kandungannya, sistematikanya, dan lain-lain. Dari pengalaman, risetnya sendiri tidak susah, hanya memerlukan waktu sekitar tiga bulan, seluruh data sudah lengkap. Tapi, menuliskannya itu, benar-benar minta ampun. Enam bulan tidak selesai-selesai, sampai akhirnya datang tenaga ajaib yang bernama the power of "kepepet". Eh, jadi juga skripsi itu.
Pengalaman itu menyisakan kesan yang mendalam, bahwa menulis itu memang berat. Padahal, menulis itu mudah. Saya terkejut ketika Bambang Trim mengutip pernyataan YB Mangunwijaya, bahwa menulis yang paling mudah adalah menulis skripsi, dan yang paling susah menulis buku anak. Masalahnya, sejak masuk ke kampus, sistem yang ada tidak menuntut pembiasaan menulis. Menulis tidak dibiasakan. Yang diperlukan hanya kebiasan membaca kemudian menjawab soal-soal test, yang sebagian besar pakai multiple choice.
Bagi mahasiswa yang sekarang masih mengikuti kuliah-kuliah, ini waktunya mencoba program pembiasaan menulis yang menyatu dengan kuliah sehingga tidak terbirit-birit ketika harus menulis skripsi. Yang Anda perlukan dalam program inilah hanyalah catatan kuliah. Ya, catatn-catatan kuliah yang Anda buat tiap hari ketika mendengarkan celotehan dosen di ruang kelas. Anda mencatat, bukan?
Ambil catatan-catatan kuliah Anda itu. Saya yakin, dalam catatan-catatan itu Anda tidak mencatat kalimat demi kalimat. Anda tidak akan jauh berbeda dengan mahasiswa umumnya yang mencatat kuliah dalam format poin-poin. Itulah cara tradisional yang banyak dipkaia.
Kini tulis kembali catatan itu dalam format tulisan. Biar tidak terasa berat, Anda hanya menuliskan apa yang ada di catatan itu dalam bentuk kalimat-kalimat lengkap. Jangan hanya poin-poin. Anggap saja ada seorang kekasih anda (kebetulan kawan sekelas) tidak masuk kuliah karena sakit. Anda dimintanya menjelaskan isi kuliah itu kepadanya karena beberapa hari lagi akan ujian. Tapi sayang sekali Anda sekarang sedang sariawan berat, tidak bisa berbicara. Maka terpikirlah oleh anda untuk menjelaskan isi kuliah itu secara tertulis. Bayangkan itu. Duduklah menulis. Salin semuanya. Tidak perlu menambahkan data-data lain kecuali yang memang tercatat di situ. Anda hanya perlu menuliskannya. Kalau itu bisa Anda lakukan, catatan-catatan kuliah akan menjelma menjadi buku.
Walaupun sebagian kita sudah tidak mahasiswa lagi, kita masih sering mengikuti kuliah-kuliah atau ceramah-ceramah, bukan? Anda yang mengikuti kelompok pengajian tertentu, setiap minggu atau hari-hari khusus, setidak-tidaknya Anda dan keluarga menghadiri ceramah-ceramah. Kalau anda mau mencatat ceramah itu, dan setiba di rumah mengubah catatan itu menjadi tulisan, jadilah satu artikel lengkap. Yang laki-laki, setiap Jum'at wajib mendengarkan khutbah. Dari pada tidur sambil duduk di masjid, mecatat khutbah tentu tidak dilarang. Sepulang ke rumah, Anda menuliskannya, jadi juga satu artikel. Bila beberapa artikel dikumpulkan jadi satu, itu merupakan cikal bakal yang sangat jelas untuk menjadi satu buku.
Tujuan utamanya adalah membiasakan menulis sehingga membangkitkan ide-ide brilian Anda melalui proses menulis. Selain itu tulisan itu akan bermanfaat bagi kawan atau keluarga yang tidak sempat menghadiri ceramah, khotbah itu. Bahkan, tulisan itu bisa menjadi rujukan anda di suatu waktu nanti.
Bagaiman pendapat Anda?
Wallahu a'lam
No comments:
Post a Comment