Breaking

Friday, October 21, 2011

Mimpi Berjumpa Rasulullah


Sahabat baik saya, Gestan Prima Pariska mengajukan satu pertanyaan pada saya. " Kalau ada di antara kami yang bermimpi jumpa Rasulullah saw (tak usah sebut yg yaqazah, nanti  bisa dianggap penipu  oleh Jufran Helmi), dan oleh Rasulullah saw diarahkan untuk ikut, taat, dan bermursyid dengan Abuya, apa kami salah? Apa mungkin Rasulullah saw yg baik menipu? "
  
Semoga jawaban saya memuaskan dan dan dapat diterima dengan baik.
  
Tidak ada yang salah dengan mimpi ataupun yaqazah dengan Rasulullah. Peluang bisa bermimpi dengan Rasulullah adalah satu anugerah yang besar bagi orang-orang yang beriman.  Orang yang beriman sangat merindukan itu. Bahkan, Syekh Yusuf An Nabhani menulis buku tetang salah satu hikmah bershalawat atas Nabi adalah diperjumpakannya kita oleh Allah dengan Rasulullah SAW melalui mimpi atau yaqazah. Karena itu, berbahagialah bagi yang pernah bermimpi ataupun beryaqazah dengan Rasulullah SAW tersebut.
  
Tapi, perlu diketahui oleh kita semua bahwa bagi manusia biasa yang bukan nabi atau rasul, tidak ada jaminan dari Allah bahwa informasi/pesan yang kita peroleh dari mimpi atau yaqazah itu sebagai sesuatu yang pasti benar. Mimpi manusia biasa masih mengandung isyarat atau simbol-simbol yang tak mudah dipahami akal.  Selain itu, mimpi manusia biasa itu bisa diinteferensi oleh obsesi nafsu manusia itu sendiri, dan bahkan dapat diintererensi oleh setan. Bukan tidak ada kebenaran dalam mimpi, tapi kebenarannya sudah tercampur-campur dengan berbagai hal, termasuk nafsu dan setan.
  
Makanya, dalam syariat Islam, ada tuntunan Rasulullah SAW  tentang apa yang harus kita lakukan kalau kita bermimpi. Tak semua mimpi boleh diceritakan pada orang lain, dan tak semua informasi dari mimpi boleh disebarluaskan.
 Allah hanya menjamin kebenaran mimpi para nabi dan rasul (QS:48:27). Bagi orang-orang selain nabi dan rasul, mimpinya masih memerlukan ta'bir (penafsiran akan makna yang sebenarnya). Dan, ta'bir mimpi itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Bahkan, tidak semua nabi memiliki kemampuan mena'bir mimpi orang lain seperti kemampuan nabi Yusuf, a.s.

Karena itu, bagi kita yang bukan nabi dan rasul, jadikanlah mimpi itu sebagai sumber inspirasi saja, bukan sumber informasi, karena tidak ada jaminan kebenaran informasi di dalamnya. Sepanjang isi mimpi itu tidak menyalahi syariah dan akal, silakan saja dituruti. Telah banyak orang, seperti pengusaha, seniman, dan saintist yang membuktikan kesuksesannya setelah terinspirasi dari mimpi. Tapi, jangan lupa, banyak pula orang yang kecewa setelah mengikuti apa kata mimpinya.

Tapi, kalau mimpi itu memberikan informasi yang menyalahi syariah dan akal sehat, jangan sekali-kali dituruti, walaupun yang memberi informasi di dalam mimpi itu mengaku Rasulullah. Ingat, setan bisa mengaku sebagai Rasulullah walaupun tidak bisa menyerupai wajah beliau.

Seluruh imam mujtahid telah sepakat untuk tidak mendasari ijtihad mereka dari mimpi ataupun yaqazah. Padahal, bermimpi atau beryaqazah pastilah sesuatu yang bukan mustahil terjadi pada mereka juga karena mereka manusia biasa. Mereka justru menutup rapat-rapat isi mimpi dan yaqazah mereka itu untuk orang lain agar tidak disalahpahami, kecuali untuk hal-hal tertentu dengan alasan yang tertentu juga. Dalam semua keputusan ijtihad, mereka  mendasarkannya pada Al Quran dan As Sunnah, dan juga ijma' ataupun ijtihad ulama yang mendahului mereka.

Kembali kepada pertanyaan semula, "Bagaimana kalau salah seorang bermimpi dengan Rasulullah, dan dalam mimpi itu beliau menyuruh bermursyid dengan Abuya.?"

Menurut saya, bermursyidkan Abuya tidak salah dalam pandangan syariah dan akal. Silakan bermursyid dengan Abuya. Tidak apa-apa, bukan?

Saya pun telah bermursyid dengan Abuya hampir 8 tahun penuh. Banyak ilmu, pelajaran, dan pengalaman yang sangat berguna bagi hidup saya yang saya peroleh selama bermursyidkan Abuya. Hanya saja, dulu saya memilih Abuya sebagai mursyid bukan karena ada isyarat mimpi dengan Rasulullah, tapi dengan pertimbangan syariat dan akal atas semua informasi yang sampai pada saya tentang Abuya dan jamaahnya.

Wallahu a'lam.
Bagaimana pendapat Anda?

1 comment: