Breaking

Sunday, September 20, 2015

Kimmy



Rumah kami, di Jakarta, sekitar 2012, didatangi oleh seekor kucing Persia betina berbulu tebal. Badannya kurus, namun kombinasi warna bulunya sangat cantik. Hampir semua bagian perut berbulu putih. Kepala hitam, di bagian wajah ada segitiga putih.  Punggung dan ekor hitam. Tatapan matanya penuh makna.

Sudah kami tanyakan ke seluruh tetangga, tidak ada yang mengaku pemilik kucing itu. Kucing itu pun sepertinya tidak mau pergi dari tempat kami. Anak-anak pun senang. Akhirnya, kami sekeluarga berkomitmen menjadi penjaganya.

Kami beri ia kandang, lengkap dengan kasur, untuk tempat tidur. Selain makanan dan minuman, kami belikan juga ia sisir dan gunting kuku. Kalau ia termenung-menung, kami konsultasikan ia ke dokter untuk dapat vitamin. Secara perlahan ia tumbuh menjadi kucing yang sehat, gemuk, dan ceria. Bulunya bersih.

Hampir dua tahun  Kimmy --nama yang diberikan anak-anak kami untuknya-- bersama kami. Dua kali ia beranak, hasil perkawinannya dengan kucing tetangga. Sebagian anaknya ada yang hilang, sebagian lagi mati.

Sayangnya, pada suatu sore, hujan sangat lebat, kamipun sibuk dengan urusan masing-masing, kami lupa dimana Kimmy. Kami tidak memperhatikan apakah dia ada di rumah atau tidak. Malamnya, Kimmy tidak tidak ada.  Sibuklah kami mencarinya malam itu. Kimmy tidak ada. Kami berharap ia mungkin masih main di luar dan berharap ia kembali besoknya.

Besoknya, Kimmy tetap belum kembali. Lusa pun demikian. Berminggu-minggu kemudian kami tetap mencarinya, menanyai tetangga kalau-kalau ada yang melihat, mencari di selokan-selokan kalau-kalau ia mati disana.

Kami, akhirnya, merelakan kepergian Kimmy, dengan derai air mata, untuk selama-lamnya.

Tinggal kini hanya sebuah foto Kimmy dengan tubuh kurus dan wajah sayunya di saat pertama kali ia datang, lalu menjadi bagian dari keluarga kami. Bekas kandangnya masih ada, namun kami tak tega membuangnya.

No comments:

Post a Comment