Breaking

Monday, October 27, 2008

Retorika dalam Wacana


Sekitar tahun 1986, saya duduk di Masjid Salman, bersama jamaah lainnya menunggu berdirinya khatib Jum'at. Tak lama kemudian, berdirilah khatib yang ditunggu-tunggu itu. Dia seorang asing. Maksudnya, belum pernah saya dengar khotbahnya. Umurnya masih muda, belum sampai 40, berkacamata tebal. Itulah khotbah yang sungguh tak terlupakan. Dia bercerita tentang kepemimpinan. Kisah yang disampaikan di pembukaannya, urutan pesan-pesannya, bahkan do'a penutupnya semuanya telah menghypnosis saya. Sejak itu tokoh itu tak terlupakan. Sejak itu saya mengikutinya, mencari jadwal-jadwal ceramahnya, mengingat pembicaraannya. Dialah Kang Jalal (Jalaluddin Rakhmat).
Saya mulai berpikir, betapa besarnya manfaat sebuah khotbah yang memukau, menarik perhatian seperti khotbah Kang Jalal. Banyak materi khotbah atau ceramah tak kan hilang begitu saja. Saya bayangkan, kalaulah seandainya semua penceramah menyadarinya, banyak sekali perubahan akan terjadi di tengah masyarakat. Ceramah-ceramah agama akan dibanjiri pendengar. Pengajian-pengajian akan menjadi pusat perhatian.
Tapi sayang. Kebanyakan penceramah hanya sekedar berceramah. Ceramahnya tidak ditata sedemikian rupa sehingga menarik. Celotehan tukang obat yang menjajakan obat kudis di pinggir pasar kadang-kadang jauh lebih menarik daripada khutbah seorang khatib yang menjelaskan tentang pentingnya undang-undang pornografi. Akhirnya banyak ajaran agama dilecehkan, ditinggalkan, dan tidak diambil pduli oleh masyarakat.
Sejak saat itu, saya sangat tertarik untuk belajar bagaimana mengemas suatu ceramah menjadi ceramah yang menghypnosis seperti ceramah-ceramahnya Kang Jalal. Waktu itu saya belum berpikir mengenai istilah hypnosis. Saya hanya berpikir tentang ceramah yang berkesan, berpengaruh, dan tak terlupakan.
Tanpa sengaja di suatu toko buku di bandung tak begitu lama setelah pertemuan pertama saya dengan Kang Jalal, saya menemukan sebuah buku yang ditulis oleh Kang Jalal sendiri, judulnya Retorika Modern. Alangkah gembiaranya saya, terasa seperti pucuk dicinta ulam tiba. Saya tekuni buku ini. Saya ikuti lebih banyak ceramah-ceramah Kang Jalal dan saya bandingkan konsistensi antara apa yang dia tulis di buku dan apa yang dia praktekkan dalam ceramahnya. Pas. Sungguh menakjubkan. Semuanya pas. Kang Jalal menuliskan teori-teori persuasi dalam buku itu. Kang Jalal terbukti menata ceramah-ceramahnya berdasarkan teori itu. Apa yang ditulisnya dia jalankan. Ini berarti bahwa saya belajar retorika dari buku dan pengamatan sekaligus. Suatu kesempatan yang langka.
Secara diam-diam saya meniru Kang Jalal berpidato. Saya tiru gayanya. Saya tiru metodanya dalam menyusun pesan-pesan pidato. Bahkan saya kutip kosa katanya.
Pernah satu ketika saya menanyakan pada beliau, " Apakah Bapak tidak tulis buku tentang retorika untuk tulisan?" Saya merasa retorika untuk tulisan juga sangat saya perlukan. Saya juga ingin belajar menulis yang retoris, seperti saya sekarang belajar ceramah yang retoris. Beliau menjawab, "pada dasarnya, secara teoritis, retorika untuk lisan sama dengan tulisan. Retorika pada dasarnya adalah tatacara menata bahasa, baik berupa kata maupun kalimat, sehingga memberi pengaruh pada pendengar dan pembaca."
Jadi itulah ringkasnya retorika menurut Kang Jalal. Saya kemudian belum pernah menemukan tulisan beliau tentang retorika untuk tulisan. Saya yakin bahwa apa yang beliu tulis di retorika modernpun sebenarnya dapat diaplikasikan dalam bentuk tulisan.
Setelah itu satu demi satu buku Kang Jalal muncul di pasaran. Setiap saya membaca tulisannya, saya memeperoleh kesan yang sama mengesankannya seperti ceramahnya. Saya melihat bahwa tulisan-tulisan beliau telah ditata berdasarkan teori retorikanya. Beliau kini bukan saja pembicara yang sukses tapi juga penulis yang sangat mempengaruhi saya. Tulisan-tulisan beliau menghypnosis.
Baru-baru ini saya bertemu buku Hypnotic Writing karya Joe Vitale. Itupun tidak sengaja. Saya ambil buku itu di rak Gramedia hanya karena di sampulnya tertulis "Guru The Secret". Maklumlah saya baru saja menamatkan buku The Secret, dan saya sangat terpengaruh. Saya pun membeli buku Hypnotic Writing, dan membacanya sampai tamat.
Setelah tamat, baru saya sadar apa yang dikatakan Joe Vitale, bahwa dia tidak hanya akan menjelaskan apa dan bagaimana hypnotic writing itu, tapi akan mempraktekkannya melalui buku itu. Dia akan menghypnosis pembaca buku hypnotic writing. Saya ternyata benar-benar terhypnosis. Dalam satu hari saja, sebagiannya dalam perjalanan, saya telah membaca buku itu lebih dari separohnya. Dalam satu hari lagi saya menamatkan seluruhnya. Sayapun membaca buku itu sekali lagi sampai tamat. Luar biasa. Ini satu pengalaman yang menarik.
Tiba-tiba terpikir oleh saya, rasanya ada kaitan antara buku Retorika Modern-nya Kang Jalal dan Hypnotic Writing-nya Joe Vitale. Dulu saya menanyakan kepada Kang Jalal, "Apakah ada buku retorika untuk tulisan?" Buku Joe Vitale ini adalah buku itu. Sebenarnya buku Pak Jalal dapat dijuduli Hypnotic Speech, dan Buku Joe dijuduli dengan Tulisan yang retoris.
Saya setuju dengan Joe, bahwa hypnotic writing adalah tulisan yang ditata sedemikian rupa mengikuti kaedah-kaedah hypnosis. Itu artinya kita menambahkan teknik-teknik retorika dalam komposisi dasar. Dengan menata seperti itu maka tulisan kita akan menyedot perhatian pembaca. Perhatian tersebut akan bertahan sampai bacaannya selesai. Begitu asyiknya, sampai-sampai pembaca tak mau melewatkan membacanya kata demi kata. Tulisan itu sulit dilupakan. Saran-sarannya sulit ditolak. Bahkan perintahnya akan dilaksanakan. Itulah hypnotic writing.
Kalau begitu, begitu banyak orang yang mesti mempelajari hypnotic writing. Semua orang yang terlibat dengan komunikasi tertulis, wajib mempelajari hypnotic writing. Kalau tidak, tulisan mereka akan dibuang ke dalam kotak sampah. Hanya tulisan-tulisan yang menghypnosis saja yang akan dibaca orang sampai habis. Hanya tulisan yang menghipnosis saja yang akan mempengaruhi.
Banyak buku yang telah ditulis orang, namun buku-buku yang menghipnosis saja yang tetap melegenda. Joe menyebutkan beberapa buku yang menghipnosis seperti The Tempest dan Harry Potter. Dia menyebutkan juga beberapa yang lain yang semuanya menghipnosis.
Saya juga merasakan beberapa buku yang penah saya baca telah menghypnosis. Sebutlah beberapa diantaranya seperti karya-karya Abuya Ashari, Karya Kiyosaki. Dan karya penulis Indonesia seperti Mahbub Junaedi, Dahlan Iskan, dan yang yang saya sebut tadi; Jalaluddin Rakhmat.
Intinya, hypnotic writing adalah tulisan yang ditata untuk menghypnosis. Tulisan yang dikemas sedemikian rupa dengan pilihan kata, frasa, dan kalimat. Tulisan yang diformat, dan dibumbui cerita, data, bahkan gambar, dll yang sengaja ditujukan untuk menarik dan mempertahankan perhatian pembaca. Tulisan yang jelas, ringkas, dan efektif sehingga tak terlupakan. Tulisan yang membujuk pembaca untuk melakukan sesuatu yang sulit ditolak.
Mari ikuti apa yang akan saya tulis berikut ini. Saya akan mengajak anda menyelam sampai ke dasar hypnotic writing dan retorika, sehingga anda begitu dekat dengan kaedah-kaedahnya, mudah diaplikasikan semudah anda memasang sepatu anda sendiri. Bahkan saya bermaksud menghipnois anda dengan tulisan saya ini. Anda senang bukan? Bersiaplah.

No comments:

Post a Comment