Fitrah semula jadi hati adalah tempat bertumpunya rasa bertuhan dan rasa kehambaan manusia. Hati telah dilengkapi dengan berbagai instrumen untuk itu seperti penglihatan , pendengaran, perenungan, pemahaman, dan perasaan. Hati mampu untuk menembus cakrawala.
Namun perjalanan hidup tidaklah selurus itu. Hawa nafsu yang selalu menginginkan kelezatan, kenyamanan, kemudahan, popularitas, kepentingan diri selalu menghempus dan mempengaruhi hati. Kelaparan dan kehausan jasad jugs ikut mempengaruhi hati. Lama kelamaan rasa bertuhan dan rasa kehambaan itupun lenyap dan digantikan oleh rasa keduniaan, tskut lapar, takut mati. Itulah sebabnya ketika kepentingan dunia kita terganggu, rasa sakitpun muncul di hati. Hatipun merasa tenang jika dunia terasa sudah di tangan.
Maqam tertinggi hati sebenarnya adalah ketika hati sudah tak pedih lagi dengan hinaan, cacian, kekurangan fasilitas duniawi. Coba simak bait berikut yang ditulis oleh Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi.
"Hatiku tidak susah diwaktu aku di hina,
tidak bersedih diwaktu aku menderita.
Aku tidak sedih diwaktu aku disisihkan,
tidak menderita ketika aku dicacimaki dan difitnah.
Aku tahu itu semua penghapusan dosa"
Hati yang sudah kembali rasa bertuhan dan rasa kehambaannya tak gelisah lagi dengan segala kepentingan duniawi. Yang dia cemaskan adalah ketika hubungannya dengan Tuhan terganggu. Dia cemas kalau-kalau Tuhan berpaling darinya.
Lagi-lagi bait dari Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi:
"Tapi aku sedihkan dosa-dosa yang kulakukan,
Orang yang sepertiku ini sudah pasti tidak terlepas dari pandangan.
Aku sedihkan adalah kesalahan dan kesilafanku akan dosa-dosaku setiap hari memburuku.
Takut pintu syurga tertutup untukku, pintu neraka terbuka untukku"
Bagaiman menurut Anda?
Wallahu a'lam
No comments:
Post a Comment