Breaking

Monday, August 30, 2010

Awaluddin ma'rifatullah


<em>"Awwaluddin ma'rifatullah." </em>Inilah kaidah pertama dalam kehidupan beragama seseorang., yaitu mengenal Allah. Allah adalah isu sentral agama. Bukan agama namanya kalau segala sesuatu tidak dikaitkan dengan Allah. Setercemar apapun suatu agama, Tuhan masih menjadi sentral pembicaraannya. Lebih-lebih lagi agama samawi yang asli, Islam. Mengenal Allah adalah aqidah Islam yang terasas. Permulaan agama adalah mengenal Allah.
Kalau kita telusuri sejarah perjuangan Rasulullah, selama 13 tahun di Makkah, ajaran beliau hanyalah "mengenal Allah". Ayat-ayat yang turun di periode ini hanya tentang Allah: sifat, nama, dan keudukanNYa. Sedikit sekali, atau mungkin tidak ada, ayat-ayat yang membicarakan syariah. Bahkan, selama 10 tahun periode Madinah, Allah tetap diingat-ingatkan betapapun syariah Nya mulai diperkenalkan satu persatu.
Sistem tarbiyah semacam ini telah melahirkan satu generasi hebat yang sangat takut dan cinta Allah. Mereka hidup, bekerja, kawin, beranak-cucu, berjuang, bahkan berperang karena Allah dan untuk Allah. Mereka berbuat begitu karena sangat takut dan cintanya pada Allah. Itulah buah mengenal Allah.
Metoda yang benar dalam mengenal Allah akan melahirkan rasa takut dan cinta semacam itu. Tidak terbayangkan oleh kita betapa takut dan cintanya para sahabat rasul itu pada Allah. Bacalah sejarah hidup mereka. Kita akan melihat refleksi rasa takut dan cinta itu menguasai ruh mereka. Seluruh amal yang mereka kerjakan didorong hanya oleh rasa takut dan cinta Allah.
Metoda yang salah dalam mengenal Allah, tidak melahirkan rasa takut dan cinta. Kita melihat betapa banyaknya orang diantara kita yang berilmu tinggi tentang Allah, bahkan menghafal ayat-ayat Allah, menguasai sunnah Rasulullah, memahami dalil-dalil aqidah dan syariah, namun tidak takut pada Allah. Buktinya kita tidak takut adalah kita masih berani berbuat maksiat kepada Allah di hadapan Allah. Kalaulah seseorang itu takut, jangankan berbuat maksiat, berpaling sebentar saja dari mengingat Allah sudah membuatnya tidak sanggup lagi makan dan minum, apalagi bersenang-senang.
Demikianlah kaidah bergama yang dicontohkan Rasulullah. Kaidah pertamanya adalah mengenal Allah. Rasulullah menunjukkan pula metodanya, yaitu mengenalkan Allah langsung di pusat hati bukan di akal. Allah diperkenalkan langsung kepada fitrah manusia yang ada di hati. Dengan metoda ini, lahirlah rasa takut.
Bila Allah diperkenalkan hanya di akal, melupakan fitrah, yang lahir hanyalah pengetahuan tentang Allah. Pengetahuan tidak membuat manusia takut, apalagi cinta.
"Kenal" dan "tahu" serupa tapi tak sama. "Kenal" dengan hati, "tahu" dengan akal. "Kenal Allah" membuat orang takut, sedangkan "tahu Allah" membuat orang hanya pandai berbicara, berdiskusi, dan berdebat tentang Allah.

 
Wallahu a'lam
Bagaimana pendapat Anda?

 
  • Marieska Verawaty, Ersis Warmansyah Abbas Mkasih kultumnya Pak ...
    August 31 at 7:27am · LikeUnlike ·

    Yeyen Sunarto Herbs and Feby Riyatii like this.

  • Erryk Kusbandhono Syukron 'ala taujihikum, pak..
    August 31 at 11:15am via Jufran Helmi
    @Pak Ersis. Sama-sama Pak
    @ Erryk. sama-sama
    August 31 at 10:04pm · LikeUnlike ·

    Facebook Mobile · LikeUnlike ·

  • Endah Kurniadarmi

    Bagaimana saya bisa mencintai Allah? Beberapa karena ada ujian yang saya hampir-hampir tidak bisa jawab, sehingga lamaa menjadi pemikiran dan telah membuat perasaan saya jatuh bangun. Lalu ada hikmah yang pelan-pelan membangun kesadaran, da...
    See MoreSeptember 1 at 2:42am · LikeUnlike ·


  • Jufran Helmi
    @ Endah. Hampir semua kita ingin memperoleh ketenangan ruhaniah dengan seluruh sifat-sifat mahmudahnya yang berkekalan di hati. Namun, jalan-jalan yang kita tempuh ternyata sering tidak efektif. Kita perlu kepada suatu metode yang benar-benar sudah teruji. Saya melihat bahwa metode itu adalah tariqat sufi. Lihat note saya tentang tasawuf.
    September 1 at 8:17am · LikeUnlike ·
    1 personLoading... ·



No comments:

Post a Comment