Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan harta kamu, tetapi memandang hati dan amalanmu (HR:Muslim)."
Demikianlah hakikat hati dalam pandangan Rasulullah SAW. Dalam hadis yang lain Rasulullah mengingatkan bahwa di dalam jasad manusia ada mudghah. Jika ia jahat, jahatlah manusia itu. Tapi bila ia baik, baiklah manusia itu. Mudghah itu adalah qalb.
Kata qalb diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan "hati" atau "kalbu". Sebagian penulis kita, ada juga yang memadankan kata qalb dengan "hati nurani" atau "nurani" saja dengan suatu alasan tertentu. Dalam bahasa Arab sendiri, arti harafiah qalb sebenarnya adalah jantung bukan hati (lever), serupa dengan bahasa Ingris yang menggunakan kata heart . AlQuran secara eksplisit menyebutkan bahwa qalb itu tempatnya di dada. Tidak heran, kalau sebagian penulis Indonesia, terutama yang lama-lama, lebih senang menggunakan istilah "jantung hati" sebagai padanan qalb tersebut. Jadi masih terkesan ada "jantung" nya. Biar tidak terlalu panjang, kita cukupkan dengan menyebutnya "hati" saja.
Imam Al Ghazali mengatakan bahwa hati itu bukanlah jasad fisik ataupun bagian dari jasad fifik manusia. Walaupun kata yang digunakan seolah-olah merujuk kepada satu bagian fisik, penyebutan itu hanya berbentuk metafora atau majazi belaka. Hati sesungguhnya adalah bagian halus dalam tubuh manusia yang bersifat rabbaniah. Hati berwujud ruh yang dihembuskan kedalam tubuh manusia ketika jasad itu masih berada di dalam rahim ibu. Al Ghazali menggunakan istilah luthfun rabbaniah untuk mendefinisikan hati.
Imam Ashaari Muhammad At Tamimi menyebutkan bahwa hati berperan sebagai raja diri manusia. Hati adalah pusat komando. Ia adalah pemerintah yang menguasai seluruh kerajaan diri manusia. Seluruh unsur jasad manusia, termasuk otak, berada di bawah satu komando yaitu komando hati. Pemerintahannya absolut. Tidak ada bagian jasad yang bisa dan mungkin membantah. BIla mulut mengatakan hal yang berbeda dengan isi hati, itupun atas perintah hati, bukan kemauan mulut itu sendiri. Hati itulah yang beriman, yang bertakwa, yang kafir, yang fasik, dan yang munafik.
Jadi, kalau begitu dialah penanggung jawab seluruh perbuatan. Bukan tangan yang menulis ketika seseorang itu menulis; bukan kaki yang membawa-bawa tubuh kemana-mana; bukan mulut yang bergunjing ke sana-sini. Yang melakukan semua itu adalah sang komando diri, yaitu hati. Otak, tangan, kaki, lidah, mata, telinga adalah sebagian dari istrumen-istrumen hati yang berbentuk fisik yang kalau dicangkok pun tidak mengapa.
Tepatlah Rasulullah mengatakan bahwa bila hati itu baik, maka baiklah manusia itu. Kakinya akan membawanya ke tempat yang baik-baik. Tangannya akan melakukan hal yang baik-baik. Lidahnya hanya akan mengucapkan kata yang baik-baik. Bahkan otaknya hanya memikirkan yang baik-baik saja. Tapi bila hati jahat, jahatlah manusia itu. Di otaknya hanya ada piktor, pikiran kotor. Mulutnya hanya untuk bergunjing, mencerca, memaki, memfitnah, membantah, dll. Tidak ada yang dipegangnya kecuali yang buruk-buruk. Tidak ada yang didatanginya kecuali tempat-tempat yang busuk.
Karena sentral komando diri itu adalah hati, hatilah yang merasakan akibat baik dan buruk perbuatan-perbuatan manusia. Hati yang bersih akan bahagia; hati yang kotor akan gelisah dan menderita. Nanti, hati yang akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan dan keadaanya itu di hadapan Tuhan di suatu hari yang pada waktu itu tidak ada lagi manfaat yang dapat diperoleh dari harta dan anak-anak. Yang berbahagia pada waktu itu hanyalah orang-orang yang datang menghadap Tuhan dengan hati yang bersih, qalbun salim.
Hati yang bersih itu adalah hati yang khusu' dalam mengingat Allah, hati yang senantiasa takut dan cinta kepada Allah, hati yang bergetar bila diingatkan ayat-ayat Allah. Hati yang bersih itu adalah hati yang yakin dan patuh dengan hukum-hukum Allah. Hati itu cinta dan patuh pada rasul Allah, serta sayang dan hormat kepada wali-wali Allah.
"Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk khusu' HATI-mereka dalam mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan? Jangan sampai mereka seperti orang-orang yang telah menerima kitab terdahulu. Setelah orang-orang itu melewati masa yang panjang, HATI mereka menjadi keras. Dan, banyak di antara mereka itu akhirnya menjadi orang-orang fasik (QS 53:16)."
Di negeri kita ada selalu nasihat untuk <em>berhati-hati</em>. Jangan-jangan maksudnya adalah "Jagalah hati!"
Wallahu a'lam.
Bagaimana pendapat Anda
No comments:
Post a Comment