Breaking

Thursday, May 17, 2012

Elemen Cerita

Cerita, yang dalam bahasa Inggris dinamakan story,  adalah karangan yang menuturkan peristiwa atau kejadian dalam satu susunan tertentu untuk satu maksud tertentu. Yang dituturkan oleh sang pengarang di dalam suatu cerita bisa kejadian atau peristiwa sebenarnya (benar-benar terjadi) atau kejadian atau peristiwa rekaan pengarangnya saja. Yang pertama di sebut true story sedangkan yang kedua disebut fiksi. Kedua jenis itu dibagi lagi menjadi bebagai genre yang beraneka ragam dengan karakterisktiknya masing-masing.

Cerita yang di dalamnya tercampur peristiwa yang sebenarnya dan peristiwa rekaan, ada yang mengelompokkannya sebagai fiksi dan ada pula yang memasukkanya ke dalam kelompok tersendiri yang dinamakan faksi. Faksi adalah true story yang diberi bumbu-bumbu rekaan pengarang (based on true story).Walaupun ada unsur kejadian yang sebebenarnya, unsur rekaan yang ditambahkan menjatuhkannya ke dalam fiksi. Saya memilih untuk memasukkan faksi ke dalam fiksi.

Kedua kelompok cerita tersebut, baik true story atau fiksi, mengandung beberapa elemen pokok. Biasanya, elemen pokok cerita itu disusun dalam satu formula yang mengandung 5 kata tanya dalam bahasa Inggris: who, what, where, when, why, how

Who did what where and when, why and how.

Artinya, suatu cerita harus mengandung informasi tentang:

1. Kejadian itu sendiri (what)
2. Pelaku  (who)
3. Ruang (where) dan Waktu (when)
4. Alasan (why) dan cara (how)

Sebenarnya,  poin 1 dan 2 saja sudah merupakan elemen cerita yang lengkap. Namun, dengan menambahkan poin 3 dan 4 suatu cerita akan semakin lengkap.

Ucup memukul Udin.

Satu kalimat di atas sudah merupakan sebuah cerita yang lengkap. Cerita itu sudah mengandung poin 1 dan 2. Kejadiannya adalah sebuah pemukulan.Pelakunya adalah Ucup dan Udin. Ucup yang memukul sedangkan Udin yang dipukul. 

Bila ditambahakan poin 3, cerita kan semakin lengkap.

Ucup memukul Udin di halaman sekolah tadi pagi.

Tempat kejadian adalah di halaman sekolah. Waktunya tadi pagi. 

Tapi, kalau pengarang cerita itu mau, cerita itu dapat dilengkapi lagi dengan menambahkan keterangan berupa alasan dan cara Ucup memukul Udin.

Ucup memukul Udin di halaman sekolah tadi pagi. Ucup sangat marah karena ia merasa telah dipermalukan oleh Udin. Ucup mendekati Udin dan  langsung memegang  kerah baju Udin dengan tangan kirinya. Dengan sekuat tenaga, ia kemudian mengepalkan tinju kanan dan mengayungkannya hingga tinju itu bersarang tepat di perut Udin. Udin melenguh "Aduh!" sambil membungkukkan badan dan memegang perut yang kena pukulan Ucup tadi.

Bila pengarang berkenan lagi, karakter Udin dan Ucup dapat ditambahkan. Seperti apa penampilan Ucup dan Udin. Sifat-sifat Ucup dan Udin dapat pula disisipkan. Selain itu dapat pula ditambahkan setting ruang halaman sekolah tempat kejadian dan setting waktu kejadian. Penambahan-penambahan itu akan menjadikan cerita semakin hidup karena pembaca dapat menghayatinya secara sempurna. Di sinilah peran sastra mengolah suatu cerita menjadi semakin hidup.

Agar cerita itu dapat dipahami dan dihayati oleh pembaca secara hidup, tidak cukup satu kejadian yang diceritakan. Pengarang perlu menceritakan kejadian-kejadian lain yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian itu. Sebagai tambahan, pengarang perlu pula menjelaskan hubungan logis semua kejadian-kejadian itu. Semua pelaku, baik yang terlibat secara penuh ataupun secara sambil lalu, harus diceritakan karakteristiknya. Dimana dan kapan setiap kejadian itu terjadi mesti digambarkan secara rinci.

Untuk menyusun semuanya itu, dalam sastra dikenal beberapa istilah.

Plot
Karakter
Setting
Style
Tema

Plot adalah runtutana semua kejadian, yaitu bagaimana kejadian-kejadian itu tersusun secara kronologis. Suatu kejadian yang mendahului itu mungkin menjadi sebab bagi kejadian yang di belakangnya.

Karakter adalah ciri-ciri para pelaku cerita, baik ciri fisiknya ataupun tingkah lakunya. Ada pelaku utama yang karakterisktiknya disorot habis-habisan dan ada pelaku tambahan yang muncul secara sambil lalu. Ada karakter protagonis, yang diajadikan figur pahlawan, dan ada yang antagonis, pembangkang.

Setting adalah adalah tata ruang tempat kejadian berlangsung dan tata waktu. Setting mengungkapkan objek dan keadaanya di lokasi ke jadian.

Style adalah teknik atau strategi pengarang dalam memanfaatkan unsur-unsur bahasa dalam bercerita.Termasuk dalam style adalah pemilihan kata (diksi), majaz (tropes), skema (scheme) dan modus (mode). Pengorganisasian pesan serta pemilihan sudut pandang (point of view) juga bagian dari style.

Tema adalah pesan moral yang ingin disampaikan pengarang dalam cerita itu.

No comments:

Post a Comment