Breaking

Friday, January 8, 2010

Jurus-jurus entrepreneur


Dunia bisnis bukan panggung sinetron. Pangung sinetron bisa Anda lakoni dengan menghafalkan beberapa dialog pendek, mempelajari sekilas plot skenario, sambil mata Anda ditetesi air mata buatan biar terlihat mengharukan. Di dunia bisnis, tangisan Anda adalah tangisan sesungguhnya, jeritanpun , jeritan yang bukan pura-pura. Ada kawan dan tentu ada lawan. Ada trik dan ada taktik.
 Cocoklah kalau ada yang mempersonafikasikan dunia bisnis bagaikan dunia perang, dan entrepreneur sejati tak ubahnya sebagai seorang Samurai di medan laga. Dia mempelajari medan laga, mengasah pedang menyiapkan amunisi. Dia mengendus gerak musuh, menyusun diplomasi.
 Kini saya ingin megantarkan Anda ke medan laga itu menyaksikan jurus-jurus yang dipakai oleh para entrepreneur sejati. Sekali lagi, Anda tidak akan pernah menguasai jurus-jurus ini, kecuali Anda mencobanya. Untuk sementara, Anda boleh membaca dulu. Tapi ingat, jurus-jurus ini bersifat rahasia. Anda tidak diperkenankan membocorkannnya kepada pihak lawan. Ini hanya untuk kita berdua sesama Samurai, eh entrepreneur.
 Jurus 1: Langsung mulai
 Memulai adalah bagian terberat dari proses mendirikan usaha. Jurusnya hanya satu: langsung mulai. Mulai saja. Bismillahirahmanirrahim. Yang lainnya, Anda tambahkan setelah mulai, sambil jalan. Bob Sadino mengatakan, "Mulai secara bodoh, jangan banyak hitung." Saya yakin, maksudnya bukan sama sekali tidak pakai hitung-hitungan. Hitungannya jangan terlalu banyak. Tidak semua hitungan diperlukan sebelum memulai, bukan? Sambil jalan nanti, sambil hitungannya diteruskan.
 Mental blok Anda akan mencoba menahan-nahan Anda untuk tidak mulai segera. "Ini gagasan bagus, tapi tak kan ada tenaga terampil yang bisa buat. Produk ini pasti banyak diminati, tapi modalnya banyak dan dari mana didapat? Kalau saya jual produk ini, pesaingnya minta ampun. Lokasi ini memang pas, tapi banyak premannya."
 Itulah cuplikan sebagian dialog-dialog yang terjadi di dalam batin Anda ketika berkeinginan mendirikan usaha. Kalau dialog-dialog itu Anda gubris, Anda tidak akan mulai-mulai. Anda telah gagal di jurus pertama.
 Padahal, Anda tidak akan bisa mengelak dari blokade semacam itu, karena Tuhan membuat semuanya agar Anda berhati-hati. Kemanapun Anda melihat ada jalan, maka di sana Anda akan melihat penghalang. Betul, tidak hanya satu jalan ke Roma. Namun di setiap jalan selalu terlihat blokade. Orang pintar menyebutnya "mental block". Entrepreneur sejati mensiasatinya, bukan lari.
Jurus 2: Manfaatkan informasi seremeh apapun
Entrepreneur tidak pernah meremehkan sekecil apapun informasi, baik itu informasi tentang produk, tentang pembiayaan, tentang pasar, tentang pemasok, tentang lokasi, tentang metoda, tentang pesaing. Dia tidak akan mengambil hanya dari satu sumber resmi saja. Sumber tak resmipun di manfaatkan. Banyak informasi peluang usaha diperoleh justru dari ngobrol-ngobrol santai di warung kopi.
Waktu dulu saya membuka restoran Mie Ayam di Prabumulih, informasi itu saya peroleh dari tukang cukur rambut ketika saya sedang bercukur. Istri saya mendirikan industri kue di Lampung, bermula dari seorang tetangga yang menceritakan bahwa dia tidak sengaja melihat iklan kursus kue gratis dari pabrik tepung terigu, Bogasari.
Jurus 3: Bogol (Bisnis Optimis dengan Gagasan Orang Lain)
Apakah seorang entrepreneur harus genius seperti Einstein? Apakah entrepreneur harus punya gagasan-gagasan orisinil untuk bisa membuat usaha? Entrepreneur sejati justru sering memanfaatkan gagasan orang lain.
Satu hari saya diskusi dengan kawan saya tentang satu prospek bisnis, sambil minum kopi. Tanpa sadar saya mencoba menguraikan prospek bisnis perkebunan kelapa sawit yang saya kutip dari satu tabloid. Saya mencoba membuat analisa-analisa singkat, asal-asalan saja. Maklumlah sambil ngopi. Waktu itu dia mangut-mangut dan berkali-kali menarik nafas panjang. Tahukah Anda, setelah beberapa bulan saya tidak berjumpa dengannya, saya dengar dia sudah buka sebuah perkebunan kelapa sawit seluas 20 hektar di Lampung selatan dan sedang mempersiapkan lahan 20 hektar berikutnya.
Peternakan ayam saya yang sekarang berjalan, aslinya bukan gagasan saya, tapi gagasan orang lain. Tidak salah, kan? Karena memang terlalu banyak yang kita buat sebetulnya hasil meniru, mencontek. Yang salah adalah membajak karya orang dan menjualnya.
Jurus 4: Bodol (Bisnis Optimis dengan Duit Orang Lain)
Apakah seorang entrepreneur harus punya banyak uang sebagai modal? Entrepreneur yang paling kreatif, justru mendirikan kerajaan bisnis, tanpa meninvestasikan satu senpun uangnya. Mengapa? Karena ia berhasil membujuk (bukan menipu) investor dan bankir untuk membiayai semua bisnisnya. Dia mendirikan bisnis dengan duit orang lain.
Jurus 5: Botol (Bisnis Optimis dengan Tenaga Orang Lain
Apakah entrepreneur harus memiliki semua keahlian yang diperlukan? Entrepreneur sejati, justru tidak mengerjakan sendiri. Dia manfaatkan keahlian dan tenaga orang lain. Bisnisnya jalan, sementara ia jalan-jalan.
Itulah sebabnya Entrepreneur perlu banyak orang. Entrepreneur perlu banyak kawan, relasi, partner. Bukan saja untuk menjadi calon investor, tapi juga untuk menjadi calon pemasok, calon pembeli, calon manager, calon konsultan, calon promotor, calon mediator (alias calo), calon karyawan. Entrepreneur sejati akan mengembangkan jaringan pertemanannya seluas mungkin. Bukan hanya di dunia nyata, tapi dia bangun juga pertemanan di dunia maya.
Di jaringan FB, dia hanya aktifkan dua tombol pertemanan, "add" dan "confirm". Dia tak pernah pakai tombol "ignore" apalagi tombol "remove".
Bagaimana pendapat Anda?
Wallahu 'alam

No comments:

Post a Comment