Salah satu jurus membiasakan menulis adalah menerima tantangan menulis yang ditawarkan kawan atau pihak manapun. Kalau Anda sudah bergabung dengan Facebook, ada kekhasan sendiri dari metoda ini. Kadang-kadang menemukan sendiri ide yang akan ditulis memakan waktu yang lama. Duduk bemenung-menung, membuka buku, menonton TV, belum dapat ide juga. Saya yakin, itu bukan karena tidak ada ide di kepala. Itu justru karena terlalu banyaknya ide. Semua ide berebutan keluar, tindih menindih sesamanya, sehingga sampai di luar, ide itu sudah lemas, tidak bisa lagi dikembang-biakkan. Tak ada satupun ide yang masih segar yang siap beranak, berkembang biak. Ujung-ujungnya batal menulis.
Satu hal yang menarik adalah, ketika Anda membuka akun Facebook kawan melalui wall Anda, terbacalah bahwa dia meminta Anda menulis satu topik. Nah, ini dia. Anda berbisik, "Ini tantangan." Anda mulai berpikir dengan topik yang ditawarkan, kemudian Anda putar otak, Anda akan menemukan berbagai ide yang berkaitan dengan topik yang diminta.
Tantangan akan memicu saraf-saraf neuron Anda bereaksi. Tiba-tiba saja, topik yang ditantangkan kawan tadi berdiri tegak dengan perkasa di otak Anda. Dia akan berfungsi menjadi magnet untuk menarik ide-ide lain. Dia akan bertindak pula menertibkan aliran ide. Maka dengan tenang Anda akan menuliskan ide-ide itu secara runtut.
Ini kisah sebenarnya. Ada satu program yang ditawarkan kawan saya di facebook, Ersis Warmansyah Abbas, untuk membuat buku bersama di awal 2010. Setiap orang diminta mengirimkan satu artikel setiap hari. Artikel-artikel itu harus ditulis dengan topik yang ditetapkan setiap hari. Tulisan yang terpilih, akan dimasukkan dalam kompilasi tulisan, dan akan nenajadi bagian dari buku yang akan diterbitkan. Tantangan menarik bukan?
Tantangan itu saya amati telah memicu enzim adrenalin saya dan kawan-kawan yang lain. Sibuklah semuanya berpikir, mencari bahan, merenung dengan segala macam cara. "Masa gue nggak bisa sih,' bisik masing-masing.
Pada hari yang sudah dijadwalkan, ada yang dengan lega menulis, merasakan ide mengalir dengan deras. Hal itu karena topik yang ditawarkan pas di hati. Atau setidak-tidaknya , idenya sudah lama berada di pintu keluar. Tantangan menulis membuat ide itu langsung meloncat., menari-nari, bahkan tak terbendung lagi.
Ada juga yang "keblinger" meneruskan kalimat demi kalimat. Berjam-jam menatapi layar monitor yang masih kosong. Topik yang ditawarkan terasa jauh dari suasana hati. Topiknya tentang hutan, sementara hati sedang berpikir tentang bintang. Topik tentang integritas bangsa, sementara hati sedang mengatur strategi menunda pembayaran utang. Walaupun demikian, nampaknya semangat menulis tidak kehilangan akal. Sambung menyambung , akhirnya jadi juga sebuah artikel atau puisi.
Otak nampaknya memerlukan tantangan seperti itu. Otak yang dimanja, akan tidur mendengkur. Seribu alasan akan disodorkannya untuk menyelamatkan dirinya dari tuduhan, tidak kreatif.
Sebenarnaya tak perlu menunggu ada tantangan buku bersama. Menulis komentar terhadap tulisan kawan di akun Facebook juga satu tantangan yang bisa memicu enzim kreatifitas. Ketika seorang kawan mengetag tulisannya ke akun kita, sebenarnya kawan tersebut mengharapkan kita memberi umpan balik, bukan sekedar membaca. Ia ingin kita memberi sedikit ulasan berupa komentar. Syukur-syukur kalau komentarnya dapat memberi masukan data, ide, dan koreksian. Tag kawan sebenarnya satu tantangan yang sangat baik juga. Kalau betul Anda memang sedang dalam proses mengasah pembiasaan menulis, mengapa Anda tidak manfaatkan tantangan itu?
Tuliskan komentar Anda walaupun satu kalimat. Jangan hanya sekedar mengirim "jempolan". Labih parah lagi kalau Anda tidak meresponsnya sama sekali. Proses itu akan memicu ide-ide kreatif bekerja. Ide Anda kan terstimulasi. Tidak sedikit, para komentator menemukan ide tulisan bermula dari proses menulis komentar-komentar itu. Saya malah menemukan satu ide bisnis yang sangat berharga melalui sebuah komentar yang ditulis kawan.
Ya, tentu tak semua orang begitu. Ada pula yang tidak menggubris tantangan menulis itu sama sekali. Kalaupun sekali digubrisnya, dijadikannya bahan olok-olokan saja. Ya, saya hanya menyimpulakn bahwa orang itu memang tidak berminat mengasah ketajaman penulisannya melalui sebuah tantangan yang benar-benar positif.
Saya ingatkan sekali lagi. Dengan menerima tantangan, Anda sudah punya satu ide awal. Beranjak dari ide itu, Anda akan menarik ide-ide lain untuk bemunculan. Yang idenya dapat mengalir dengan lancar, ia berhasil menulis satu, dua, atau tiga artikel sekali gus. Bagi yang tersendat-sendat,mungkin menulis ala kadarnya. Tapi itu sudah lebih baik daripada sekedar bermuram durja, bersengat hati karena selalu ditag oleh kawan. Selamat menerima tantanga menulis dari kawan-kawan.
Bagainmana pendapat Anda?
Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment