Breaking

Friday, January 8, 2010

Kembalikan hati pada fitrah

Notes ini awalnya adalah komen untuk notes kawan saya Syamsuwal Qomar berjudul Tombol "Reset" Pribadi 2010. Karena kepanjangan, akhirnya saya pindahkan jadi notes tersendiri.

 Notes Qomar itu enak dibaca dan perlu. Nampaknya ia ada bakat jadi penulis hebat di suatu saat nanti mengikuti gurunya, Pak Ersis. Saya belum pernah jumpa orangnya kecuali di mimbar FB ini, namun rasanya sudah seperti adik kakak.

 Muhasabah tahunan tetap relevan. Saya senang. Dan, saya kira tidak ada yang keberatan. Toh muhasabah tahunan tidak menghentikan muhasabah harian kita. Muhasabah selalu membawa kita melihat masa lalu, walaupun sejenak. Melihat masa lalu, bukan untuk meratapinya, tapi untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

 Melihat masa lalu dalam rangka mempersiapkan masa depan artinya melihat kembali perjalanan hidup yang telah terekam di hati dan mempersiapkan kembali susana hati untuk menempuh kehidupan yang akan datang. Seluruh peristiwa masa lalu itui sendiri memang telah hilang dan tak mungkin diulang. Namun rekamannya di hati masih utuh.

 Intinya adalah mengenal diri melalui rasa hati. Hati adalah perekam yang baik. Jangan main-main dengan hati. Kapasitas RAM maupun ROM nya luar biasa. Tak satupun yang luput. Ia merekam dosa maupun pahala yang sudah dibuat. Ia merekam baik dan buruknya perangai. Ia merekam semua rencana busuk. Ia merekam persahabatan maupun permusuhan yang sudah dibangun. Mari kita dengar suara itu dengan kesadaran sebelum kita dipaksa mendengar.

 Dengarkan suara hati. Adakah ia gelisah, resah, tidak tenang, mudah marah, iri, dengki, cemburu, meratap melulu, protes melulu, sedikit-sedikit tersinggung? Kalau ada, itu pertanda ia sudah keluar dari setting yang seharusnya. Ia sudah keluar jauh dari Tuhan. Ia sedang sakit. Rasa bertuhan telah terkikis. Karena, kalau hati bersama Tuhan, ia akan tenang, bahagia, kreatif, produktif, dan bergairah.

 Kenalkan ia kembali ia kepada Tuhan, kepada fitrahnya, agar kembalii sehat. Ritual-ritual rutin (seperti shalat, wirid, baca Quran) tak akan banyak membantu. Penyakitnya terlalu parah untuk diobati dengan kerutinan. Perlu sebuah paket kontemplasi yang komplet. Perlu satu obat dengan racikan yang sangat khusus dan pas. Shalat, wirid, dan bacaan Quran yang biasanya berlangsung secara rutin atau otomatis perlu dihayati kembali. Istilah lain: tekan tombol "reset"

 Mungkinkah saya lakukan sendiri? Rasanya, kalaupun saya nekad, khawatir tambah parah keadaannya. Wong, memasukkan otat tetes mata saja ke mata sendiri, saya ngeri. Saya biasanya minta bantu istri atau anak. Me 'reset' hati pasti lebih susah. Untuk perkara hati, cari mursyid yang akan membantu proses itu. Tak ada jalan lain, kecuali itu.

 Buah nangka banyak getah.

Karena dipetik sebelum matangnya

Bila jiwamu selalu sedih, gelisah, dan marah-marah

Pertanda rasa bertuhan telah tiada.

 Pisau tumpul perlu diasah

Agar mudah mengerat belimbing

Kembalikan hati pada fitrah

Cari mursyid sebagai pembimbing

 Bagaimana pendapat Anda?

 Wallahu a'lam

No comments:

Post a Comment