Malam ini kami sekeluarga berkumpul di Sentul, menikmati libur panjang. Malam ini adalah malam pertama. Walaupun hujan lebat, angin kencang, cuaca dingin menyelimuti bukit Sentul, namun senyum seluruh peserta membuat pemimpin rombongan sedikit terhibur. Sayalah sebagai pemimpin rombongan ini. Sarah, anak ketiga, menggelari saya "raja seminggu." Kami memang rencanakan liburan ini seminggu. Anak-anak kebetulan libur, sementara saya memang meliburkan diri, alias ambil cuti.
Di liburan kali ini, kami memang tidak lengkap karena tidak semuanya ikut. Haifa, anak sulung memilih tidak bergabung karena katanya banyak tugas kuliah, tanggung kalau ikut berlibur. Adnin, anak nomor dua, juga tidak bergabung karena persiapan ujian akhir yang sudah di ambang pintu. Hanya Sarah, anak ketiga, dan Faruq, si bungsu,yang meramaikan perjalanan dengan nasyid-nasyid dan keributan-keributan kecil mereka. Oh ya, di perjalanan berangkat tadi siang, Sarah mendendangkan nasyid "Tirakat Poligami" dan Faruq mendendangkan "Sunnah Berjuang." Saya memukul-mukul stir sebagai pengganti gendang pengiring. Kami menyimak dengan penuh haru, senyum-senyum simpul sambil mata berkaca-kaca, tersindir habis.
Kedua istri, Ema dan Yussy, alhamdulillah ikut serta. Masing-masing bawa sekopor pakaian seolah-olah mau bertamasya ke planet lain. Padahal cuma ke Sentul. Bahagia rasanya ketika kedua istri seiya-sekata, berkasih sayang, bekerja sama. Yang berat sama dipikul, yang ringan sama dijinjing. Kalau ada, sama-sama dimakan, kalau nggak ada, sama-sama puasa. Ketika shalat, kedua istri memakmumi. Saya berharap liburan ini akan menguatkan lagi sendi-sendi dalam rumah tangga. Kami masih belajar dan terus akan belajar.
Harus jujur saya akui, memang tak mudah menata rumah tangga, dengan model yang sudah langka di akhir zaman ini. Masih terlalu jauh capaian kami dari apa yang diharapkan oleh Tuhan. Masih banyak error di sana sini. Air mata belum seratus persen bisa dihentikan. Tapi saya bersyukur karena kami sudah sepakat untuk terus berjuang memperbaiki diri. Sayalah yang diamanahi Tuhan sebagai pemimpin untuk menjadi yang paling bertanggung jawab. Air mata tak boleh lagi sia-sia berurai, kecuali airmata takutkan Tuhan.
Khususnya, selama perjalanan dan liburan kali ini, kami bersama-sama akan kembali mengkaji minda-minda mursyid kami, Abuya Ashaari At Tamimi, untuk dimantapkan. Semacam muhasabah. Yang lupa akan sama-sama dikenang kembali, yang baru akan sama-sama dipahamkan. Konflik-konflik besar akan sama-sama diperkecil, konflik kecil akan sama-sama dilenyapkan. Tenggang rasa akan disuburkan. Dada akan dilapang-lapangkan. Semoga keluarga ini akan menjadi surga sebelum surga. Mungkin kah?
Alhamdulillah, kuliah perdana yang saya angkat malam ini untuk direnungkan dan didiskusikan bertajuk "Taubat Palsu". Tajuk ini terasa relevan, khususnya untuk menyadarkan diri saya sendiri yang belum mampu taubat dengan sebenar-benarnya. Mungkin karena judulnya menyeramkan, atau karena saya memang belum layak menyampaikannya, sehingga tak seorangpun yang memberi ulasan. Semua diam, senyum ke kiri, senyum ke kanan. Mudah-mudahan bukan karena takut akan judulnya itu, tapi karena memang sudah pada bertaubat.
Bagaimana pendapat Anda?
Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment