Breaking

Friday, January 8, 2010

Rindu Rasul di Bandar Ikhwan Sentul (By Ema Manita Kuraesin)

Kemarin adalah hari yang cukup berkesan dlm sebagaian hidupku. Aku, suami, dan adik maduku juga beberapa kawan yang ikut hadir dalam majlis peringatan MAAL HIJRAH di Sentul. Sebenarnya kami berangkat sudah agak telat dari jadwal yang direncanakan. Tapi subhanallah perjalanan dari Jakarta hanya memakan waktu setengah jam saja. Jalanan sepi, tidak seperti biasanya, karena ditinggalkan oleh para musafir yang kelelahan habis muhasabah malam tadi atau kelelahan habis mengikuti pesta akhir tahun. Wallohu'alam!

  Alhamdulillah acara baru dimulai pas kami datang, jadi kami tidak telat, seprti kebiasaan yg sudah menjadi tradisi, klo ada program2 besar di manapun, pasti waktu akan molor karena menunggu yg telat datang ! Seolah2 membenarkan yg telat hadir. Kasihan amat yg hadir lebih awal 15 menit !

 Acara dimulai dengan sambutan "MAAL HIJRAH" yang disampaikan oleh Pengarah Zon. Aku tak mau menulis panjang lebar tentang isi sambutan itu. Pada intinya, beliau menceritakan tentang betapa pentingnya memupuk rasa rindu akan Rasulullah. Seseorang yang rindu akan Rasul, akan berjuang mencontoh segala apa yang dilakukan oleh beliau, mengikuti sunah-sunnahnya. Pada saat itu aku tidak begitu konsentrasi, karena kanan kiriku sibuk diskusi masing-masing dan sedikit suara soun system yg agak menggangu, tidak stereo.

 Aku hanya ingin menulis sedikit tentang nasyid yang disampaikan oleh seorang penasyid remaja yg suaranya, meurutku, dapat mengalahkan suara penyanyi pop Indonesia yang sudah terkenal sekalipun. Merdu sekali. Wajah polosnya menambah kemerduan suara itu.

 Beberapa nasyid dilantunkan di awal-awal acara mengiringi teater sketsa, aku belum konsentrasi penuh. Ku lihat peserta lain pun begitu. Mungkin karena suara dari sound system kurang prima sehingga kalah oleh suara ngobrol kaum ibu. Tapi setelah pengeras suara diperbaiki oleh operator, suara mulai terdengar pas. Tiba-tiba saja nasyid yang dilantunkan saat itu tentang sejarah Rasulullah.

 Nasyid itu menyentak sarafku tiba-tiba. Aduh, ruginya aku karena tidak hafal syairnya. Kuikuti satu demi satu bait liriknya. Tak terasa air mataku menetes dipipi. Ku tahan-tahan tidak bisa, malah makin bertambah deras. Dengan malu, aku melirik ke sebelah kiri kananku karena terdengar olehku kawan yang menahan isakan tangisnya. Pelan-pelan, kuperhatikan semuanya. Ku lihat mata mereka berkaca-kaca. Ku lirik juga ke arah adik maduku, diapun terlihat sangat terharu. Semakin kulihat kawan-kawan itu, semakin aku tak sanggup menahan airmataku.

 Ku lihat dari kejauhan, suamiku tertunduk, mungkin dia juga tengah terharu. Tapi kurang pasti. Mungkin juga sedang tidur, karena semalam tidak tidur menyelesaikan sebuah tulisan, bukan ikut acara tahun baruan masehi. Aah, tapi aku tak mau berprasangka buruk.

 Aku heran. Ada yang aneh muncul di dadaku. Hatiku terasa meronta-ronta. Tapi mengapa pula hatiku harus meronta-ronta ? Ada sesak didadaku. Tiba-tiba aku merasa rindu dengan Rasulullah SAW. "Apakah ini yang dinamakan rindu yang tiada terperi itu?"bisik ku dalam hati. "Ya Rasulullah, seolah-olah Engkau ikut hadir dalam majlis kami." walaupun aku merasa tak layak, merasakan hal itu, mengingat dosa2ku seperti buih dilautan.

 Subhanallah, betapa indah untaian syair yg dilantunkan itu. Mursyidku telah melukiskan untaian rasa hatinya tentang Rasulullah dalam nasyid itu. Kedekatan beliau dengan Rasulullah sangat kentara. Aku semakin yakin bahwa beliau sering berjumpa dengan Rasulullah secara ruhaniah.Kurasakan Beliau waktu menulis syairnya, sedang berada dekat dgn Rasulullah.

 Kulihat semua kawanku terpaku, diam. Yang terdengar isakan tangis kami, kaum perempuan. Aku ingat dosa-dosaku padamu yaa Rasulullah.

Begitu jahatnya aku padamu Yaa Rasulullah. Aku mendengar seruanmu, tapi aku tidak mau taat kepadamu. Ajaranmu kucuaikan. Ku perturutkan nafsuku. Betapa durhakanya aku padamu. Tak terbayangkan olehku bagaimana engkau telah mengorbankan jiwa raga demi keselamatan kami ummatmu.

 Sampai diakhir hayatmu, engkau masih menyebut tentang kami, "ummatku, ummatku, ummatku." Engkau sangat khawatir akan nasib kami diakhirat sana. Engkau rela dihina, dicaci, dilempar dengan najis, pemaaf walau kepada musuh sekalipun. Tak sangggup aku menceritakan berpanjang-panjang tentang keteladannya. Allah menyebutkan, "Wama arsalnaka illa rahmatan lilalamiin."Allah menciptakan dunia ini karena Rasulullah.

 Ya Rasulullah maafkan kesalahanku yang bagaikan buih di lautan ini. Wahai Tuhan, jumpakan aku dengan kekasih-Mu, Rasulullah SAW walau hanya dalam mimpi supaya rinduku yg terperi ini terobati dan boleh memperbaiki akhlakku yg buruk ini. Kepada akhlak yg lebih baik.

 Akhir acara, aku sibuk bertanya, bolehkah aku memilki liryk nasyd itu, bertanya sana sini, ternyata nasyd itu belum direlease ! Aku menghubungi pihak studio, jawabnya sama. Aku sedikut kecewa waktu itu. Tapi dgn semua itu tidak menyurutkan aku ingin memilki lyrik nasyd itu. Toh yg terpenting dari semua itu, bagamana aku boleh mentauladani Rasulullah akhir zaman, dgn mengikuti mujaddid yg telah dijanjikan disetiap awal kurun ! Inikah awal kurun itu ?

 Jakarta, 2 Januari 2010

No comments:

Post a Comment