Breaking

Wednesday, September 1, 2010

Tasawuf


Banyak definisi tentang <em>tasawuf</em> yang kita warisi dari ulama-ulama generasi awal. Walaupun berbeda-beda namun intinya sama. Saya mencoba merumuskan definisi-definisi itu dalam satu kalimat pendek dengan menyatukan hal-hal yang bertumpang tindih. Rumusannya sebagai berikut.
"Tasawuf adalah ilmu tentang pembersihan jiwa berupa pembuangan sifat tercela serta pengisian sifat-sifat mulia agar terjadi perbaikan akhlak lahir dan bathin untuk kebahagiaan abadi yang diridhai Allah."
Ilmu ini murni warisan Islam. Walaupun istilah tasawuf tidak pernah disebut di masa Rasulullah dan sahabat, ilmu ini bermula dengan adanya sekelompok orang yang tinggal di Masjid Nabi di Madinah. Rasulullah sendiri yang memilih mereka dan meminta mereka tinggal di situ agar mereka lebih intensif mengikuti Nabi dalam keseharian.
Mereka ditempatkan di satu bagian masjid yang dinamakan "<em>shuffah</em>" . Mereka hidup bersama-sama secara sangat sederhana. Walaupun mereka datang dari berbagai latar belakang budaya, karakteristik pribadi, suku, dan daerah, mereka menempuh satu pola hidup yang sama: zuhud, sederhana, berkasih sayang, banyak berzikir, dll. Mereka mempelajari Al-Quran dan Sunnah Nabi secara intensif karena mereka bersama Nabi dalam kesehariannya. Mereka mempraktekkan akhlak Rasulullah langsung dibawah pengawasan Nabi dengan disiplin ibadah yang ketat. Inilah madrasah hebat yang dibangunkan Rasulullah.
Cara hidup seperti ini sangat mempesona. Generasi belakangan, yang tertarik dengan cara hidup ini, menggelari penghuni shuffah dengan <em>"sufi".</em> Cara hidup mereka yang khas ini dinamakan <em>"thariqat sufi". </em>Lahirlah satu dispilin ilmu yang secara khusus mempelajari karakterisktik mereka, metode-metode yang mereka pakai, dll. Ilmu ini disebut <em>"ilmu tasawuf".</em>
Sekarang nampak jelas kaitan antara tasawuf sebagai sebuah cabang ilmu dengan "shuffah", "sufi", dan "tariqat sufi". Dengan kata lain, <em>Ilmu Tasawuf adalah ilmu yang mepelajari cara hidup (thariqah) para sufi yang tinggal di shuffah</em>. Istilah-istilah ini mengalami berbagai perubahan dari genarasi ke generasi sesuai tempat dan waktu, walaupun hakikatnya sama.
Contohnya di Indonesia, di masa penyebaran Islam oleh wali-wali Allah yang sembilan, tempat yang meniru shuffah ini dinamakan "pesantren". Saya tidak tahu mengapa tidak dinamakan shuffah. Penghuni pesantren disebut "santri" dan mursyidnya disebut "kiyai".
Jadi, "kiyai" itu sebetulnya adalah seorang mursyid pengganti peran Nabi untuk melakukan pembimbingan dan pengawasan terhadap cara hidup santri-santrinya. Pesantren itu sendiri, tidak lain dan tidak bukan, adalah "shuffah" nya masjid Nabi, sedangkan "santri" sepadan dengan "ahli shuffah" atau "sufi". Walaupun demikian, disiplin hidup para santri tidak disebut "thariqat santri" melainkan "thariqat" saja. Ilmu tasawuf tetap disebut dengan istilah yang sama.
Dari ilmu tasawuf, kita dapat mengetahui bahwa seorang sufi, pada tahapan paling awal thariqatnya, dilengkapi dulu dengan ilmu aqidah yang berpusat pada ma'rifatullah, yaitu mengenal Allah (ma'rifat). Mereka dilengkapi pula dengan ilmu syariah yang lahir (syariat). Terkahir mereka dilengkapi dengan ilmu syariah yang bathin (hakikat). Inilai 3 ilmu para sufi.
Selanjutnya, di bawah pengawasan yang ketat seorang mursyid, para sufi ini barulah menjalani suatu disiplin hidup yang disebut thariqat itu. Di dalam thariqat ini mereka dilatih untuk menilai diri (muhasabah), mengawasi diri (muraqabah), dan membebaskan diri dari belengu hawa nafsu (mujahadah). Ini benar-benar suatu sistem yang terbukti sangat efektif menempa pribadi hingga berakhlak mulia berdasarkan standar Rasulullah SAW.
Bagaimana tidak, di dalam thariqat mereka menempuh 3 proses ketat berdisiplin tinggi yang dinamakan takhalli, tahalli, dan tajalli. Takhalli adalah melepaskan semua sifat-sifat tercela dari hati. Tahalli adalah menanamkan sifat-sifat yang mulia. Proses ini dikekalkan sampai seluruh sifat-sifat itu menetap secara permanen dalam bentuk akhlak , yang dinamakan tajalli.
Wajarlah kalau "sufi" itu akhirnya menjadi sebuah sosok yang dapat dikatakan sebagai seorang muslim yang sempurna. Di dalam dirinya berpadu iman, islam, dan ihsan. Mereka hidup hanya dalam ibadah. Akhlak mereka indah karena tidak dibentuk oleh hawa nafsu melainkan oleh ketaqwaan. Mereka hidup berjamaah dengan hati mereka lembut berkasih sayang. Da'wah mereka pun menyebar kemana-mana.

 
Wallahu a'lam
Bagaimana pendapat Anda?

 
  • Wuryaningsih Budiastuti, Nurhayati Fadjarudin seiring kemajuan zaman sptx byk yang memisahkan antara iman, islam dan ihsan yang seyogyanya mesti berpadu sbgm tulisan pak Jufran
    September 1 at 10:25am · LikeUnlike ·

    Apri Marlinaldinho, Wahyu Mappadeceng and 5 others like this.

  • Jufran Helmi
    @Bu Nung. Bahkan banyak pula yg menolak tariqat dan tasawuf dg berbagai tuduhan. Padahal belum ada metod tandingannya dlm memadukan iman, islam, dan ihsan dalam jiwa yang awalnya berelimang hawa nafsu
    September 1 at 10:40am via Tengku Abdurrahman Umar saya dulu belajar tasauf dgn org yg anti tasauf, mengkroposkan Islam dr dlm, alhamdulillah Allah pertemukan akhirnya dgn tokoh sufi zaman ini, jasad lahirnya dgn manusia, bhkn dikelilingi klg yg banyak serta pengikut yg ramai thaat setia, namun hationya tak pernah lekang dr Allah. Ya Allah tinggoikan derjatnya di sisi-Mu
    September 1 at 10:53am · LikeUnlike ·

    Facebook Mobile · LikeUnlike · 2 peopleLoading... ·

  • Endah Kurniadarmi Sedikit demi sedikit secara konsisten kita bisa lakukan agar mengenal hakikat Allah, terbebas dari belenggu nafsu (Mujahadah) dan akhirnya memiliki sifat-sifat mulia secara permanen (Tajalli). Semua memerlukan proses, namun kalau kita membayangkan hidup zuhud dengan segala kasih sayang Allah... niscaya kita akan meprioritaskannya.
    September 1 at 12:10pm · LikeUnlike ·

  • Jufran Helmi
    @ Syekh Tengku. beruntunglah orang yang dipertemukan dengan mursyid sufi. lebih beruntung lagi yang mendapat peluang ikut tariqat dibawah bimbingan mursyid tersebut.

    @Endah. Kalau secara otodidak, sudah banyak yang mencoba. Hampir semuanya...
    See MoreSeptember 1 at 2:44pm · LikeUnlike · Ersis Warmansyah Abbas Kalu yang ini mulai berat Pak
    September 1 at 2:50pm · LikeUnlike ·

    1 personLoading... ·

  • Jufran Helmi
    @ Pak Ersis. Ha ha ha. Yang berat itu ternyata mengamalkannya. menulisnya ringan-ringan saja.
    September 1 at 3:01pm · LikeUnlike ·

  • Erryk Kusbandhono Di akademik tdk ada pengamalan ilmu ini, pak. Yang ada hanya membincangkan ilmu tasawufnya saja. Shg mereka disebut "Ahli Tasawuf" yaitu pandai menjabarkan & mendefinisikan ilmu ini, tapi mereka bukan "Sufi" yaitu orang yang Suluk (melakukan) amalan2 yg ada dlm tasawuf...
    September 1 at 5:12pm · LikeUnlike · Erryk Kusbandhono
    @ Syeikh Tengku: Syeikh, kapan ada waktu ke UIN malang lagi syeikh? Kami merindukan kultum & taujihnya syekh?...^_^
    September 1 at 5:20pm · LikeUnlike · Tengku Abdurrahman Umar insya Allah erryk, semoga ananda semua di sana lahirkan sbb utk kita bisa ketemu. salam buat semua di uin
    September 1 at 5:23pm · LikeUnlike ·

    1 personLoading... ·

    1 personLoading... ·

  • Endah Kurniadarmi Siapakah Mursyid2 itu pada saat ini? Dulu saya pernah ikut nyantri - di 2 tempat bersamaan (semangat teuing, kang Jufran). Hasilnya? Pada saat belajar sering agak kelelahan dan sayapun 'pernah' dianggap memiliki pemahaman 'dibawah standar'. Tapi sampai hari ini saya merasa tidak pernah berubah dan tetap merasa berbahagia dengan seluruh pemberianNya.
    September 1 at 7:54pm · LikeUnlike ·

  • Endah Kurniadarmi Maksudnya kang Jufran, saya banyak belajar sendiri akhirnya, dan sekalipun saya dianggap 'dibawah standar' saya tidak pernah menanggapinya, karena saya tau Allah sudah tau kekurangan saya.
    September 1 at 7:55pm · LikeUnlike ·

  • Jufran Helmi
    @Endah. Jalan menuju Allah itu memang banyak godaannya. Kawanlah, anaklah, keluargalah, bisnis atau pekerjaanlah. Tapi itulah sunnahnya untuk mendapatkan barang yang berharga berupa iman dan islam itu. Belajr otodidak harus tetap ada, namun sering tidak memadai. Islam adalah sebuah sistem: ilmu dan amal. dari sisi ilmunya dapat kita peroleh dari buku, kuliah dll. Bgmn dari sisi amal? Mau "try and error" seperti mempraktekkan resep kue? Sudah banyak bukti bahwa ilmu tidak pernah melahirkan amal.
    September 2 at 6:53am · LikeUnlike ·

  • Wuryaningsih Budiastuti
    @d Endah: Mursyid adalah seorang guru pembimbing dalam dunia thoriqoh, yang telah memperoleh izin dan ijazah dari guru mursyid di atasnya yg terus bersambung kepada guru mursyid Shohibuth Thoriqoh yang musalsal dari Rosululloh SAW; untuk m...
    See MoreSeptember 2 at 7:44am · LikeUnlike ·
  • Jufran Helmi
    @ Bu Wuryaningsih. Terimakasih penjelasannya. Penjelasan yg mudah dipahami, insyaallah
    September 2 at 8:09am via Jusuf Fateh

    Bismillaah, secara lahiriah manusia adalah universa yang kecil, tetapi secara bathiniah ( dalaman ) manusia adalah universa yang sangat besar atau luas. Logikannya begini, untuk mempelajari ilmu dunia saja kita membutuhkan bimbingan seorang...
    See MoreSeptember 2 at 8:59am · LikeUnlike · Jufran Helmi
    @Yusuf. Penjelasan yang sangat jelas. Syukran
    September 2 at 2:38pm · LikeUnlike ·

    1 personLoading... ·

    Facebook Mobile · LikeUnlike ·


  • Suparmana Hs Jazaakallah Kang Jufran...




No comments:

Post a Comment