Breaking

Tuesday, October 28, 2008

Teknik Penciptaan Modus


Ada tiga modus dalam suatu wacana yaitu modus deskripsi, narasi, dan eksposisi. Deskripsi artinya melukiskan suatu objek dengan kata-kata. Narasi artinya menceritakan suatu kejadian dengan kata-kata. Sedangkan eksposisi artinya menerangkan pengertian sesuatu, baik objek maupun konsep dengan kata-kata. Deskrpisi, narasi, dan eksposisi dipergunakan silih berganti dalam satu wacana.
DESKRIPSI
Seorang deskriptor yang piawai mampu membawa pembacanya bertualang menembus ruang dan waktu. Dia mampu membawa pembaca memasuki gua-gua persembunyian para gerilyawan, memasuki pasar-pasar becek dan bau, memasuki mal mewah. Deskriptor mampu membawa pembaca bertualang ke kota-kota manapun secara menakjubkan, baik kota modern, kota kuno, dan bahkan kota fantasi di ruang angkasa. Mengapa demikian?
Deskripsi adalah bagian dari tulisan yang memanfaatkan kosa kata yang dapat mengaktifkan indra pembaca. Deskripsi menggunakan kata-kata yang dapat membawa membaca melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba.
Ketika seorang deskriptor menuliskan kata-kata indah, cantik, buruk, belang, silau, terang, dll pembaca seolah-olah akan melihatnya karena kata-kata itu dapat mengaktifkan syaraf penglihatan pembaca. Kalau dia menggunakan kata-kata seperti busuk, sumpek, anyir, dll, pembaca akan menutup hidungnya. Syaraf penciumannya langsung bekerja. Kata-kata seperti renyah, kelat, sedap akan mengaktifkan kelencar air liur. Demikianlah kata-kata tertentu dapat mengaktifkan indra-indra manusia.
Jika Anda mendeskripsikan sesuatu, bayangkanlah bahwa Anda sedang membawa pembaca Anda untuk melihat, mendengar, mencium, mengecap dan meraba apa yang sedang Anda deskripsikan itu. Bahkan deskripsi yang baik mampu membawa pembaca memiliki efek-efek psikologis seperti benci, marah, jijik, senang, bernafsu dll. Inilah yang diistilah oleh para ahli dengan show not tell.
Maksudnya, jika Anda ingin pembaca Anda merasa benci dengan seseorang yang jahat, Anda jangan mengatakan bahwa dia jahat. Deskripsikanlah orang itu. Aktifkan penglihatan pembaca agar ia melihat langsung sosoknya, tatapan matanya, giginya, dan pakaiannnya. Perlihatkan caranya memukul orang, menganiaya orang. Gunakan kata-kata indria. Dengan demikian pembaca akan menyimpulkan bahwa orang itu benar-benar jahat. Memang itulah yang ingin Anda sampaikan bahwa dia jahat, tapi dengan cara deskriptif yang teliti, Anda hanya menggiringnya menyimpulkan hal yang sama dengan Anda. Cerdas bukan?
Deskripsi yang cerdas dapat menstimulasi emosi. Tulisan yang dilengkapi dengan deskripsi semacam ini dapat menghidupkan tulisan sehingga enak dibaca. Walaupun demikian penulis non fiksi harus hati-hati dalam menulis deskripsi untuk stimulasi emosi ini. Bisa-bisa tokoh yang Anda deskripsikan itu membantah tulisan Anda dan memperkarakan Anda ke polisi.
Karena takut menjadi fitnah itulah, penulis non fiksi selalu memasukkan tokoh aku dalam narasinya. Semua stimulasi emosi dilimpahkan kepada tokoh aku sehingga tokoh-tokoh lain cukup dijelaskan apa adanya sesuai data yang tersedia. Tulisan feature (jurnalisme sastrawi) menggunakan trik ini.
Salah satu sebab manusia menciptakan cerita fiksi adalah agar penulis mampu membuat deskripsi yang dalam terhadap suatu tokoh, waktu, tempat atau suatu kejadian agar memberikan stimulasi yang sedalam-dalamnya kepada pembaca. Hal ini tidak masalah karena tokohnya fiktif. Bahkan kadang-kadang tempat dan kejadiannya semuanya fiktif.
Deskripsi fiktif hanya memberikan pesan-pesan moral saja kepada pembacanya di samping keindahan seni berbahasa. Semua data, nama, tempat, dan bahkan kejadian yang dideskripsikan tidak dapat dijadikan pegangan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di sinilah kelebihan sekaligus kekurangan fiksi di bandingkan dengan non fiksi.
NARASI
Bernarasi artinya membawa pembaca Anda memasuki perjalananan dalam dimensi waktu. Anda membawanya berada dalam adegan-adegan dari waktu ke waktu. Berbeda dengan deskripsi yang menjelaskan bentuk fisik suatu objek seperti warna, bau, bentuk, rasa, dll, narasi menjelaskan kejadian.
Karena narasi adalah penjelasan tentang kejadian, selalu di dalamnya ada plot dan adegan. Plot adalah garis waktu sedangkan adegan adalah kejadian yang terjadi dalam satu waktu yang bersambung. Perhatikan narasi berikut.
Saya sedang makan ketika saya mendengar suara orang berjalan di depan pintu. Saya berhenti mengunyah dan menoleh ke pintu. Tak lama kemudian saya mendengar ketukan. Saya berkata dalam hati, "siapa yah? Malam-malam begini bertamu." Saya lalu berdiri dan bergerak pelan ke pintu dengan penuh penasaran. Padahal di mulut saya masih ada makanan yang belum selesai saya kunyah.
Tulisan di atas adalah narasi. Plotnya ditunjukkan oleh kata-kata ketika, tak lama kemudian,dan lalu. Kejadian diungkapkan dengan kata-kata seperti sedang makan, mendengar, berhenti mengunyah, mendengar ketukan pintu, dll. Rangkaian kejadian dalam waktu yang besambung tersebut dipandang sebagai satu adegan. Bila kejadian itu sudah berpindah ke titik waktu yang berjauhan, kejadian yang baru di pandang satu adegan lagi. Jadi, satu adegan bukan satu kejadian tapi sekumpulan kejadian dalam waktu yang sangat bersambung tanpa terputus.
Dalam prakteknya, deskripsi dan narasi sering dipakai bersamaan. Ketika seorang penulis mengisahkan suatu kejadian di suatu ruang tertentu, penulis sekaligus mendeskripsikan ruangan itu agar pembaca bukan saja mengikuti kejadiannya tapi juga melihat gambaran suasana ruangan tempat kejadian itu terjadi. Bahkan dengan ditambahkan deskripsi tentang tokoh-tokohnya, pembaca akan merasakan bahwa ia ada di tempat kejadian itu.
Ciri khas utama narasi adalah kejadian. Namun, setiap kejadian ada tokoh, tempat, waktu, adegan, dan plot. Tokoh adalah orang yang terlibat dalam kejadian itu, baik sebagai pelaku, penderita ataupun penyerta. Tokoh bisa orang pertama (seolah-olah penulis cerita) yang menggunakan kata ganti aku atau saya. Tokoh bisa orang ketiga (penulis seolah-olah hanya saksi) yang menggunakan kata ganti dia atau ia. Setiap kejadian ada tempat, dan setiap kejadian ada saatnya. Beberapa kejadian dapat diceritakan dalam waktu yang tidak terputus. Kumpulan kejadian tersebut walaupun dalam bentangan waktu yang panajang disebut adegan. Waktu terjadinya kejadian harus berada dalam satu garis waktu yang dinamakan plot. Plot tidak harus maju. Kadang-kadang plot bisa juga mundur, atau bahkan maju mundur.
Karena adanya tokoh di dalam narasi, manmbahkan kutipan langsung percakapan tokoh-tokoh berupa dialog-dialog membuat pembaca mendengarkan sendiri apa yang mereka katakan. Cara ini membuat narasi lebih hidup. Dengan membaca dialog-dialog itu pembaca akan tahu dengan sendirinya karakteristik tokoh yang tidak diceritakan oleh penulis. Berikut ini contoh narasi yang dilengkapi dengan dialog.
"saya benci dengan orang yang suka jam karet" kata Ani dalam hati. Sudah berjam-jam dia duduk menunggu, masih belum ada tanda-tanda suaminya datang. "Brengsek" katanya."Aku tak mau ke sini lagi besok-besok" sambil menghempaskan pantatnya ke tempat duduk di ruang tunggu terminal itu.
Narasi bisa fiktif dan bisa fakta tergantung Anda. Bila Anda membuat narasi fiktif, jangan Anda gunakan nama tokoh yang ril dalam cerita itu kalau Anda tidak mau diperkarakan ke pengadilan. Gunakanlah tokoh fiktif untuk narasi yang fiktif. Namun, jika Anda ingin menuliskan narasi yang benar-benar terjadi, pastikan semua dialog, data, waktu dan kejadian akurat dan dapat dibuktikan.
EKSPOSISI
Bila Anda menyebutkan suatu konsep atau istilah, sebaiknya Anda tidak boleh melewatkannya begitu saja tanpa memberi penjelasan apa yang Anda maksud dengan konsep itu. Anda perlu menejelaskan definisinya, baik dengan menjabarkan contohnya, menyebutkan kelompoknya, menyebutkan pengingkarannya. Cara seperti ini disebut eksposisi.
Dengan eksposisi, penulis memberikan kepahaman. Berbeda dengan deskripsi yang berorientasi untuk menghidupkan indra, eksposisi bertujuan menghidupkan syaraf pemahaman.
Anda mungkin suatu ketika mengatakan bahwa tulisan yang baik itu adalah tulisan yang menghinosis pembaca. Dalam kalimat itu ada kata menghipnosis. Anda tentu tak ingin pembaca Anda salah memahami apa yang Anda maksud dengan menghipnosis itu. Untuk itu kemudian Anda menejelaskan bahwa menghipsnosis berarti memberikan kesan yang dalam bagi pembaca dan memotivasinya untuk berbuat sesuatu. Anda dapat menambahkan bahwa menghipnosis bukan menyihir seperti yang dilakukan tukang santet. Andapun mungkin menambahkan lagi bahwa tulisan yang menghipnosis adalah tulisan yang menerapkan teknik-teknik retorika di dalamnya. Anda di sini berarti telah membuat sebuah eksposisi terhadap kata atau istilah hipnosis.
Mendefinisikan suatu istilah atau konsep termasuk ke dalam membuat eksposisi. Anda juga membuat eksposisi bila anda menjelaskannya dengan memberikan contoh, ilustrasi, pembanding, bukti, alasan atau Anda membuat klasifikasi. Pokoknya, eksposi membuat pembaca Anda terangguk-angguk ketika membaca dan dalam hatinya berkata, "ya…ya… ya, saya faham sekarang." atau "o… itu toh maksudnya."
Bersama-sama dengan deskripsi dan narasi, penggunaan eksposisi membuat tulisan Anda benar-benar hidup dan berbobot. Anda dapat menyelipkan eksposisi di tengah narasi. Anda dapat memasukkan eksposisi yang diselingi deskripsi. Ketiga modus tersebut akan bekerja bersama-sama. Narasi akan membawa membaca berada dalam dimensi waktu. Deskripsi akan membawa pembaca mengindera segala yang ada dengan keterlibatan emosi. Eksposisi akan membawa pembaca memahami apa yang terlihat maupun yang terjadi itu secara nalar. Penulis yang piawai tidak kan pernah melewatkan kombinasi ini. Eureka!
Sebelum kita beralih ke topik lain, saya harus menyampaikan kepada Anda bahwa ada sebagian ahli memasukkan persuasi dan argumentasi ke dalam modus wacana. Sebenarnya persuasi dan argumentasi bukanlah modus melainkan sifat suatu wacana yang dipengaruhi oleh maksud dan tujuan penulisan. Wacana yang bersifat persuasif ditujukan untuk mempengaruhi pembaca agar ia mau melakukan sesuatu yang diharapkan penulis. Wacana yang bersifat argumentatif ditujukan untuk mendebat suatu keyakinan agar pembaca meninggalkannya dan bersedia menerima keyakinan yang baru. Wacana yang bersifat informatif ditujukan untuk memberikan kepahaman dan pengertian kepada pembaca. Wacana yang bersifat rekreatif ditujukan untuk menghibur pembaca.
Walaupun semua sifat itu dapat dipisah-pisahkan, namun kenyataannya tulisan yang hebat mengandung kombinasi sifat-sifat itu. Satu wacana besifat menghibur karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang menyejukkan, sederhana, dan ringan. Tapi jangan lupa, secara implisit, penulis membawa pembaca kepada keyakinan tertentu dan membawa pembaca melakukan sesuatu, dan tak ketinggalan pula menyelipkan beberapa informasi yang berguna.
Untuk keempat sifat wacana tadi, semua modus yang sudah kita bahas di atas dapat dipakai. Kita dapat memasukkan deskripsi, narasi dan eksposisi ke dalam wacana persuasif. Demikian juga kita dapat memasukkan ketiga modus ke dalam wacana argumentatif, informatif dan rekreatif.

No comments:

Post a Comment