Breaking

Friday, January 8, 2010

Tahun baru Islam


Secara lahiriah, pergantian hari sama saja dari hari ke hari. Mulai dari matahari terbit, tenggelam, dan terbit lagi. Demikianlah berulang setiap hari. Tapi, bila pergantian hari itu menandai pula pergantian tahun, semuanya terasa berbeda. Ada ruh yang berbeda. Saya merasakan hari ini jauh berbeda dari hari kemarin. Kemarin kita masih berada di tahun 1430H, namun hari ini sudah berada di tahun 1431. Walaupun pergantian waktu hanya sehari, tapi terasa seperti pergantian setahun.
 Subhanallah. Tanpa terasa, kita sudah berada kembali di bulan Muharram, di tahun yang baru ini. Ada sejumlah hal yang mesti kita muhasabahkan. Semua kegagalan, kekhilafan, keteledoran, kelalaian, ketololan selama setahun yang lalu mesti diinsafi dan ditaubatkan serta tak boleh terulang kembali. Ada sejumlah agenda pula yang mesti kita susun.
 Muharram adalah bulan kemenangan. Kemenangan bagi yang berjuang tentunya. Yang tidak berjuang tak kan merasakannya. Sepanjang sejarah, Tuhan telah anugerahkan berbagai kemenangan di Bulan Muharram. Kemenangan apakah gerangan yang kita harapkan dari Tuhan di Muharram ini?
 Saidina Umar Ibnu Khatab, telah meresmikan penggunaan Tahun Islam sebagai ukuran tahun bagi kita semua, yang tahun pertamanya adalah tahun terjadinya hijrah Rasulullah dan para sahabat dari Mekah ke Medinah. Padahal, banyak peristiwa bersejarah lainnya dalam kehidupan Rasulullah: kelahirannya, pengangkatannya menjadi hakim bagi kaum Quraisy, pernikahannya dengan Khadijah, pengangkatannya jadi Rasul, masuk Islamnya Umar, isra' dan mi'raj, Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandak, Perang Hunain, Umratul Qadha, Perjanjian Hudaibiyah, Futuh Makkah, dan wafatnya. Semua itu adalah peristiwa yang tidak mungkin kita lupakan. Mengapa justru yang dipilih menjadi tahun pertama adalah tahun hijrahnya?
 Jangan-jangan, karena hijrah pertanda lahirnya daulah. O, kalau begitu, semoga di Bulan Muharram tahun ini, Tuhan beri kita daulah. Kalaupun belum Tuhan rezkikan daulah yang sesungguhnya, setidak-tidaknya , kita berharap Tuhan anugerahkan tapaknya dulu, yaitu keluarga yang sakinah.
 Wallahu 'alam.

No comments:

Post a Comment